Selama perdagangan hari ini (23/April), pasangan mata uang GBP/USD rebound lebih dari 0.8% ke level tertinggi 1.2450-an. Penguatan pair tersebut didukung oleh rilis data PMI (Purchasing Managers' Index) bidang jasa yang mengesankan.
Berdasarkan laporan S&P Global/CIPS, PMI Jasa Inggris bulan ini meningkat dari 53.1 ke 54.9. Angka tersebut melampaui perkiraan konsensus yang hanya 53.0 sekaligus mencetak rekor tertinggi sejak Mei tahun lalu.
Aktivitas sektor jasa merupakan pilar utama perekonomian Inggris. Oleh sebab itu, pasar menyambut baik kabar ini meskipun PMI Manufaktur Inggris melambat dari 50.3 menjadi 48.7 di bulan yang sama. Pihak S&P Global/CIPS mengungkapkan:
Angka PMI Komposit menunjukkan kenaikan dari 52.8 ke 54.0, menandakan perbaikan ekonomi Inggris masih berlanjut. Alhasil, pasar memperkirakan belum ada urgensi bagi BoE (Bank of England) untuk segera memangkas suku bunga.
Huw Pill, Kepala Ekonom BoE, mengatakan bahwa prospek pemotongan suku bunga masih jauh, meskipun berita-berita tentang inflasi membuatnya terasa semakin dekat.
Menurut Pill, risiko penurunan suku bunga terlalu cepat lebih buruk daripada rate cut yang terlambat. Hal ini menjadi dasar pendekatan yang membuatnya lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan.
Dalam pidatonya di University of Chicago Booth London hari ini, Pill menegaskan pentingnya mempertahankan sikap restriktif terhadap suku bunga.
Meskipun inflasi turun ke bawah target 2% dalam beberapa bulan mendatang—seperti yang diprediksi Wakil Gubernur BoE Dave Ramsden—Pill memperingatkan pasar agar jangan "terlalu bersemangat". Pasalnya, masih ada kemungkinan inflasi akan naik seiring berlalunya waktu.
Para analis dan ahli ekonomi kini memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait waktu pemangkasan suku bunga BoE. Ada yang memperkirakan rate cut BoE tetap dimulai bulan Juni, ada pula yang menganggap Agustus lebih masuk akal. Para pelaku pasar pun memutuskan untuk memantau data-data yang akan datang untuk mendapat konfirmasi lebih jelas.
