Harga Emas Melemah Terbatas, Investor Cari Petunjuk Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed

Liputan 6 · 10 Mei 13.7K Dilihat



Liputan6.com, Jakarta -
Harga emas tergelincir pada perdagangan Rabu, 8 Mei 2024 di tengah investor menanti data ekonomi Amerika Serikat (AS). Hal ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) meski dolar AS sedikit menguat.

Mengutip CNBC, Kamis (9/5/2024), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen ke posisi USD 2.308,29 per ounce. Harga emas berjangka AS susut 0,3 persen menjadi USD 2.316,30.

Dolar AS naik tipis di tengah spekulasi baru penurunan suku bunga the Fed pada 2024. Dolar AS yang menguat membuat emas tidak menarik bagi pemegang mata uang asing.

"Pasar kemungkinan akan menunggu katalis untuk kenaikan tambahan, sedangkan penurunan tampaknya dibatas oleh terbatasnya partisipasi manager investasi,” ujar Commodity Strategist TD Securities, Daniel Ghali seperti dikutip dari CNBC.

Investor sekarang menantikan pembacaan sentimen konsumen Universitas Michigan pada Jumat pekan ini dan komentar dari sejumlah pejabat the Fed pekan ini. Selain itu, data indeks harga konsumen AS akan dirilis pada 15 Mei 2024.

Setelah data ketenagakerjaan AS yang lemah baru-baru ini, pelaku pasar memperhitungkan dua kali penurunan suku bunga the Fed pada 2024, dan sekitar 40 basis poin.

Pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari perkiraan pada April dan kenaikan upah tahunan turun di bawah 4 persen untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Sementara itu, Bank Sentral Eropa telah menjanjikan penurunan suku bunga pada 6 Juni dan kekhawatiran penundaan pelonggaran kebijakan moneter oleh the Fed juga dapat memaksa Bank Sentral Eropa untuk mengambil waktu lebih lama.

Sebelumnya, harga emas diprediksi merosot dalam jangka pendek pada pekan ini. Hal itu seiring aksi ambil untung seiring laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan dan permintaan di Asia diprediksi turun.

Mengutip laman Kitco, ditulis Senin (6/5/2024), berdasarkan survei emas mingguan Kitco News terbaru menunjukkan analis pesimistis dengan prospek emas dalam jangka pendek. Sedangkan pelaku pasar masih melihat harga emas berpotensi turun atau sideways.

15 analis wall street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Setelah dua minggu konsolidasi ke bawah, sebagian besar melihat emas semakin merosot dalam waktu dekat. Hanya empat ahli atau 27 persen prediksi harga emas menguat pada pekan ini. Sedangkan lima analis mewakili 33 persen prediksi harga emas turun. Enam ahli atau 40 persen responden melihat emas terus diperdagangkan sideways.

Sementara itu, 217 suara diberikan dalam jajak pendapat online Kitco, dengan hanya sebagian investor Main Street yang prediksi harga menguat dalam waktu dekat.

102 pelaku pasar mewakili 47 persen prediksi harga emas menguat pekan ini. Sebanyak 61 responden atau 28 persen prediksi harga emas merosot, sedangkan 54 responden atau 25 persen perkirakan logam mulia akan mengalami tren sideways pada pekan ini.

Analis riset Senior FXTM Lukman Otunuga menuturkan, sinyal bearish untuk emas batangan dalam beberapa hari mendatang. "Harga emas mulai memerah, merealisasikan keuntungan awal dari laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang suram,” tutur dia.

Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day termasuk di antara mereka yang masih percaya pada emas untuk pekan ini.

"Ketahanan emas dalam menghadapi penundaan penurunan suku bunga, terutama oleh Federal Reserve dan beberapa bank sentral lainnya, sangat kuat dan jitu,” ujar Day.

Ia menuturkan, siapa pun yang membeli emas terutama adalah bank sentral global dan China membeli karena alasan selain faktor ekonomi yang akan menyebabkan harga emas lebih tinggi.  "Pembelian ini sebagian besar tidak bergantung pada harga dan kemungkinan akan terus berlanjut,” ujar dia.

Sedangkan Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex, Marc Chandler melihat harga emas akan turun pekan ini seiring permintaan Asia akan berkurang.

"Emas terkonsolidasi dalam beberapa hari terakhir dan kuncinya adalah apakah itu pola konsolidasi atau turun. Saya prediksi harga emas akan turun lagi menuju USD 2.250-USD 2.260,” tutur dia.

Chandler menuturkan, peningkatan dukungan terhadap yuan dapat semakin melemahkan permintaan ritel China terhadap emas. Ia menambahkan, saham di Hong Kong dan China menguat selama 1,5 minggu terakhir dan hal ini dapatmengurangi urgensi mencari emas bagi sebagian investor. “Pemulihan yen juga dapat memperlambat permintaan lokal,” tutur dia.

Sementara itu, Head of Currency Strategy Forexlive.com, Adam Button menuturkan, permintaan China akan meningkat setelah pedagang domestik kembali. “(pedagang-red) di China kembali dari liburan dan kemungkinan akan melanjutkan pembelian,” ujar dia.

Adapun pekan ini cenderung sepi rilis data ekonomi. Hal yang menjadi sorotan utama adalah lelang obligasi bertenor 10 tahun pada Rabu pekan ini. Selain itu, kebijakan moneter Bank of England atau bank sentral Inggris dan lelang obligasi pemerintah AS bertenor 30 tahun pada Kamis pekan ini. Kemudian ada rilis sentimen konsumen Preliminary University of Michigan pada Jumat pekan ini.

Chandler  mencatat tidak ada indikator utama dalam kalender ekonomi pekan ini. Ia akan mengamati pasar obligasi negara untuk mendapatkan petunjuk mengenai potensi arah pasar.

 

Menyarankan