Jakarta, CNBC Indonesia - Melansir data dari situs resmi milik PT Antam,logammulia.com, harga emas batangan naik Rp 5.000 per gram menjadi Rp 999.000 pada perdagangan Jumat (17/6/2022). Hargabuyback (harga yang digunakan ketika menjual emas kembali) ikut menguat Rp 5.000 per gram menjadi di Rp 875.000/gram.
"Harga jual kembali adalah sama untuk semua pecahan dan tahun produksi. Untuk transaksi buyback silakan menghubungi Butik Emas LM terdekat dengan jam layanan pada hari kerja Senin-Jumat. Pembayaran dilakukan secara transfer pada H+2 s/d H+3 (hari kerja). Jika kemasan rusak atau hilang dikenakan potongan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku," jelas keterangan di situs Antam.
Brian Lan dari GoldSilver Central mengatakan kekhawatiran pelaku pasar akan reses membuat emas terus dicari. Sebab emas dianggap sebagai safe haven saat ekonomi memburuk.
"Kunci penting bagi pergerakan emas adalahoutlookekonomi yang memburuk. Perekonomian masih sangat menantang sehingga permintaan akan emas masih naik," tutur Brian Lan.
Sementara itu, melemahnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil obligasi turut mendorong harga emas dunia.
Dollar Index (yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama lainnya) tercatat 103.63, turun 1,45% dari posisi sebelumnya. Hal ini menjadi sentimen positif bagi emas yang dibanderol dengangreenbackkarena membuatnya menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun berada di 3,19%, turun dari posisi puncak di 3,48%.
Namun,Michael McCarthy dari Tiger Brokers mengatakan pergerakan emas memusingkan karena adanya tarik menarik yang sangat kuat antara kenaikan suku bunga acuan The Fed dan meningkatnya kekhawatiran resesi. Dua faktor tersebut membuat pergerakan emas saling berlawanan sehingga emas sangat volatil.
"Pergerakan emas terbilang luar biasa dalam beberapa minggu terakhir. Kenaikan emas ini membuat trader berpikir keras karena mencari tahu apa penyebab pasti dari pendorong harga emas. Mengapa emas bergerak di luar trennya," tutur McCarthy, kepada Reuters.