Seputarforex - Pada hari Selasa (05/Juli), Reserve Bank of Australia (RBA) mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) dari 0.85 persen menjadi 1.35 persen. Kebijakan ini sesuai ekspektasi pasar dan menjadi kenaikan ketiga dalam beberapa bulan terakhir. Pada pengumuman bulan lalu, RBA juga menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.
Mengenai prospek rate hike ke depan, Lowe memperingatkan kemungkinan adanya kenaikan suku bunga kembali pada pertemuan mendatang.
Dalam statement lanjutan, Philip Lowe mengatakan bahwa tingkat inflasi global masih tinggi karena terhambatnya rantai pasokan dan konflik luar negeri. Lowe juga mengakui inflasi Australia masih tinggi walaupun tidak setinggi negara maju lain. Permintaan yang kokoh dan solidnya pasar tenaga kerja menjadi faktor utama kenaikan inflasi domestik.
RBA memperkirakan inflasi Australia akan mencapai puncaknya pada tahun ini, lalu turun hingga kisaran 2 – 3 persen pada tahun 2023 mendatang saat gangguan rantai pasokan global pulih. Bank sentral juga menambahkan bahwa suku bunga yang tinggi akan membantu menyeimbangkan permintaan dan pasokan barang serta jasa secara berkelanjutan.
Kendati masih dibayangi oleh inflasi tinggi, Lowe mengakui bahwa perekonomian Australia tetap tangguh dan pasar tenaga kerja semakin ketat dari sebelumnya, mengingat tingkat pengangguran (Unemployment Rate) stabil di 3.9 persen atau level terendah 50 tahun. Hanya saja, sumber ketidakpastian saat ini adalah perilaku pengeluaran rumah tangga yang tertekan oleh inflasi dan suku bunga tinggi.
Kenaikan suku bunga RBA siang ini sejatinya telah sesuai dengan ekspektasi pasar, sehingga tak banyak menggerakkan Dolar Australia versus Dolar AS. Pada saat berita ini diturunkan, pair AUD/USD berada pada kisaran 0.6858. Harga sempat mencoba naik ke 0.6894, tapi kembali terkoreksi ke area harga pembukaan tak lama kemudian.