
Harga minyak dunia anjlok sebanyak 10%. Penurunan itu mendorong harga minyak dunia di bawah US$ 100 atau setara Rp 1,49 juta (kurs Rp 14.900/US$) per barel.
Mengutip dari CNBC, Rabu (6/7/2022) Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), harganya turun 8,24%, atau US$ 8,93 menjadi US$ 99,50 per barel. Kemudian sempat turun lagi 10%, kini harganya di level US$ 97,43 per barel.
Sementara minyak mentah Brent ditutup menurun 9,45%, atau US$ 10,73. Harganya kini di level US$ 102,77 per barel.
Perusahaan peneliti energi, Ritterbusch and Associates mengaitkan penurunan harga minyak dunia karena ada sentimen resesi global. Resesi dikhawatirkan akan menurunkan permintaan minyak dunia, termasuk produk minyak lainnya.
Sementara, perusahaan keuangan Citi memprediksi minyak brent bisa anjlok ke angka US$ 65 pada akhir tahun ini jika resesi benar terjadi. Penurunan itu seiring dari dampak resesi itu sendiri.
"Dalam skenario resesi dengan meningkatnya pengangguran, kebangkrutan rumah tangga dan perusahaan, komoditas akan mengejar kurva biaya yang turun karena biaya mengempis dan margin berubah negatif untuk mendorong pembatasan pasokan," tulis perusahaan itu dalam sebuah catatan kepada klien.
Penurunan harga minyak ini baru saja terjadi, sementara sebelumnya harga terus meningkat. Peningkatan itu disebabkan oleh Rusia yang menginvasi Ukraina.
Meskipun sebelum insiden ini terjadi harga minyak juga sudah meningkat. Hanya saja, semakin meningkat ketika perang itu benar-benar terjadi.
Perang Rusia dan Ukraina dikhawatirkan menurunkan pasokan minyak ke berbagai negara. Apa lagi Rusia sebagai pemasok komoditas utama, terutama ke Eropa.
Sebelumnya, WTI sempat melonjak ke level tertinggi US$ 130,50 per barel pada bulan Maret, sementara Brent mendekati US$ 140. Itu adalah level tertinggi setiap kontrak sejak 2008.
Akibat tingginya harga minyak, dampaknya harga bensin jadi mahal. Rata-rata nasional harga bensin mencapai tertinggi US$ 5,016/galon pada 14 Juni.