JAKARTA, iNews.id - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan dunia dibayangi risiko stagflasi seiring inflasi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan masih tinggi pada Juni 2022.
Pernyataan itu, disampaikan Bhima menjelang rilis data Pemerintah AS mengenai inflasi Juni 2022. Jika inflasi Juni 2022 AS cenderung meningkat dibanding bulan sebelumnya, maka pasar keuangan di negara berkembang kembali bergejolak.
"Risiko stagflasi akan semakin memperberat prospek pemulihan ekonomi secara global. Inflasi tinggi tapi kesempatan kerja terbatas," kata Bhima, kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Senin (11/7/2022).
Dia menjelaskan, kenaikan inflasi AS dikhawatirkan akan membuat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikan suku bunga acuan secara agresif.
"Apabila itu terjadi, maka akan menimbulkan tekanan pada naiknya suku bunga di berbagai negara," ujar Bhima.
Menurut dia, nilai tukar rupiah diperkirakan akan mengalami pelemahan hingga mencapai Rp15.500 per dollar Amerika Serikat.
"Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah hingga 15.200-15.500 per dollar karena pengalihan dana ke dollar AS sebagai aset yang aman terus berlanjut," ungkap Bhima.