Jakarta, IDN Times - Emas murni batangan merupakan investasi safe haven atau dinilai lebih aman saat terjadi ketidakpastian ekonomi, politik, atau pun geopolitik. Lalu kapan waktu yang tepat membeli emas?
Menurut CEO PT Hartadinata Abadi Tbk, Sandra Sunanto, membeli emas tak perlu menunggu harga turun. Jika sudah memiliki uang yang cukup, maka belilah emas.
"Kapan sih beli emas? Harga lagi turun beli banyak, gak? Enggak. Mau harga emas naik, atau turun, begitu kita punya uang yang disisihkan, you should buy the gold, simpan," kata Sandra dalam peluncuran EmasKITA berteknologi BullionProtect, Selasa (12/7/2022).
1. Emas merupakan penolong di masa sulit
Menurut Sandra, emas adalah penolong di masa sulit, maka disebut sebagai instrumen investasi safe haven. Namun, perlu digarisbawahi, emas adalah instrumen investasi jangka panjang, bukan jangka pendek.
"Emas itu alat investasi yang dianggap aman untuk jangka panjang. Tidak mungkin simpan emas hari ini besok jual, tidak ada seperti itu. Ini bukan main saham. Emas itu adalah safe haven. Dalam masa sulit, ini adalah penolong utama bagi kita dan keluarga. Ini yang bisa dipegang," ucap Sandra.
2. Harga emas terus naik sejak krisis moneter 1998 di saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak berbeda signifikan
Sandra mengatakan, nilai emas terus tumbuh dalam puluhan tahun terakhir. Dia mencontohkan, pada krisis moneter 1998 silam, harga emas masih di level Rp150 ribu per gram, dan nilai tukar rupiah mencapai Rp16 ribu per dolar AS.
Jika dibandingkan saat ini, 24 tahun kemudian, harga emas sudah di level Rp900 ribu-an per gram, sementara nilai tukar rupiah sekitar Rp14.900-an per dolar AS.
"Sudah beda berapa puluh tahun, harga dolar AS tetap Rp15 ribu, harga emas sudah 1 gram Rp900 ribu. Jadi beli emas kalau kamu bisa," tutur Sandra.
3. Harus punya diversifikasi instrumen investasi
Dalam kesempatan yang sama, CEO PT Emas ANTAM Indonesia, Bambang Wijanarko mengatakan bagi masyarakat yang sudah berinvestasi di instrumen lain seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sebagainya, maka sebaiknya melakukan diversifikasi instrumen dengan emas batangan. Dengan demikian, dalam portofolio investasinya, ada instrumen safe haven, yang nilainya lebih stabil.
"Apapun investasinya, saham, reksa dana, obligasi. Wajib hukumnya di-balancing dengan emas, at least 10 persen. Karena nature emas harganya stabil mau ada gonjang-ganjing apa. Jadi ini seperti safety belt," kata Sandra.