Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas acuan global turun lagi pada akhir perdagangan Selasa (12/7/2022) waktu New York, memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut menjelang rilis data inflasi AS. Emas juga tertekan penguatan dolar ke level tertinggi baru dalam dua dekade yang membuat logam kuning tidak begitu menarik bagi investor.
Mengutip Antara, Rabu (13/7/2022), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, jatuh US$6,90, atau 0,4 persen, menjadi ditutup pada US$1.724,80 per ons. Emas mendekati level terlemahnya dalam sembilan bulan.
Meskipun baru saja memulai perdagangan pekan ini, kontrak patokan emas Comex sudah turun satu persen minggu ini. Itu memperpanjang penurunan empat minggu yang sebelumnya tidak terputus sehingga secara kumulatif menempatkan logam kuning turun US$150 atau 8,0 persen, sejak pekan yang berakhir 3 Juni 2022. Tahun ini, emas turun 6,0 persen.
Sebelumnya emas berjangka merosot US$10,6 atau 0,61 persen menjadi US$1.731,70 pada Senin (11/7/2022), setelah menguat US$2,6 atau 0,15 persen menjadi US$1.742,30 pada Jumat (8/7/2022), dan terdongkrak US$3,2 atau 0,18 persen menjadi US$1.739,70 pada Kamis (7/7/2022).
Penurunan terbaru emas terjadi karena indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, mencapai level tertinggi baru di atas 108 sejak Oktober 2002.
"Harga emas bertahan dengan baik karena reli dolar mencapai penanda utama," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan online OANDA.
Menurutnya emas mencoba mempertahankan level US$1.700 dan kemungkinan akan diuji dengan laporan inflasi yang sangat panas besok.