Ekonomi AS Menguat, Wall Street 'Full Senyum'

Detik · 27 Jan 2023 31.6K Dilihat
FILE - A Wall Street sign is seen next to surveillance equipment outside the New York Stock Exchange, Tuesday, Oct. 5, 2021, in New York.  Stocks are edging higher in early trading on Wall Street Tuesday, Oct. 12,  as traders wait for more data on inflation and corporate earnings this week.    (AP Photo/Mary Altaffer)
Jakarta

Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street kompak menguat pada akhir perdagangan saham pada Kamis (26/1/2023) waktu setempat. Menguatnya Wall Street disebabkan oleh serangkaian data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan dan laba perusahaan yang beragam.

Mengutip Reuters, Jumat (27/1/2023), indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 205,57 poin, atau 0,61%, menjadi 33.949,41. Indeks S&P 500 (SPX) naik 44,21 poin, atau 1,10%, menjadi 4.060,43 dan indeks Nasdaq Composite (IXIC) bertambah 199,06 poin, atau 1,76%, menjadi 11.512,41.

Dari 11 sektor utama S&P 500 yang berakhir di zona hijau, sektor energi memimpin kenaikan persentase. Hal itu didorong oleh kenaikan harga minyak mentah karena peningkatan permintaan dari China. Sementara untuk sektor bahan pokok konsumen menurun.

Sementara itu, ketiga indeks saham utama AS naik, momentum perusahaan-perusahaan mega cap didukung oleh laporan laba Tesla Inc yang mengalahkan prediksi penjualan yang optimis.

Sebagai informasi, saham Tesla Inc melonjak hingga 11,0%. Hal itu membantu menempatkan Nasdaq di posisi terdepan.

Selain itu, kumpulan data menunjukkan ekonomi AS bernasib lebih baik pada kuartal keempat dari perkiraan analis. Sepanjang 2022, ekonomi AS tumbuh 2,1%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 3,2%. Namun, pertumbuhan tersebut membawa angin segar di tengah hantaman tingginya inflasi dan suku bunga di AS.

Hal ini seperti pedang bermata dua bagi investor. Sebab, hal ini dapat memberanikan The Fed untuk mempertahankan suku bunga utama pada tingkat restriktif yang lebih lama.

Sementara pasar keuangan sebagian besar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin dari bank sentral pada Rabu mendatang.

"Data ekonomi memiliki sesuatu di dalamnya untuk semua orang; untuk para pemimpi yang menganggap ekonomi cukup lambat untuk menahan The Fed, dan untuk pesimis yang berpikir pertumbuhan masih terlalu panas bagi The Fed untuk mundur," kata Direktur Pengelola JPMorgan Private Bank David Carter.

"Harapan bukanlah strategi investasi, dan fakta ekonomi dapat segera membebani pasar. Ketidakpastian terbesar adalah apa yang akan terjadi di paruh tahun ini," tambahnya.

Sebagai informasi, volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,34 miliar saham. Lebih tinggi dibandingkan rata-rata 10,93 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan