Warga AS Pusing Harga BBM Melonjak, Dompet Makin Cekak

Detik · 30 Jan 2023 7.5K Dilihat
A customer pumps gas at a Shell gas station, Tuesday, May 10, 2022, in Miami. (AP Photo/Marta Lavandier)
Foto: AP Photo/Marta Lavandier
Jakarta-Seharusnya, harga bahan bakar minyak (BBM) di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan karena cuaca buruk membuat warga AS malas keluar. Namun, harga BBM justru melonjak tinggi.

Menurut AAA yang dikutip dari CNN, Senin (30/1/2023), harga rata-rata BBM reguler melonjak US$ 3,51 atau sekitar Rp 52.611 (kurs Rp 14.988/dolar) per galon pada hari Jumat kemarin. Naik 12 sen dalam seminggu terakhir dan 41 sen dalam sebulan terakhir.

AAA mengatakan beberapa negara bagian mengalami keuntungan yang jauh lebih besar selama sebulan terakhir. Di antaranya Colorado (98 sen), Georgia (70 sen), Delaware (62 sen), Ohio (60 sen), dan Florida (59 sen).

Lonjakan harga BBM musim dingin ini menarik perhatian para pengemudi AS yang saat ini juga tengah bergelut dengan lonjakan harga di supermarket. Tingginya harga BBM bukan karena masalah permintaan, melainkan karena pasokan.

Cuaca ekstrem di sebagian besar AS menjelang akhir tahun lalu menyebabkan serangkaian pemadaman di kilang yang menghasilkan bensin, bahan bakar jet dan solar. Salah satu contohnya di kilang Suncor, Colorado.

Kilang tersebut terganggu karena suhu yang sangat rendah. Ketika akan mulai beroperasi kembali, terjadi kebakaran dan peralatan yang rusak di kilang Suncor Akibatnya, kilang Suncor ditutup selama beberapa minggu. Hal tersebut menjelaskan alasan harga gas di Colorado melonjak hampir US$ 1 per galon selama sebulan terakhir.

Sejak harga minyak AS jatuh ke US$ 71,02 per barel pada 9 Desember 2022, kini harga minyak AS melonjak 16% ke US$ 82,30 pada Jumat kemarin. Peningkatan tersebut sebagian didorong oleh ekspektasi permintaan dunia yang lebih tinggi karena China telah melonggarkan kebijakan Covid-19.

Dari hal tersebut, kabar baiknya adalah masalah kilang minyak hanya sementara, yang artinya suplai harus memenuhi permintaan. Kabar buruknya, para ahli memperingatkan harga gas kemungkinan naik terus.

Presiden Lipow Oil Associates Andy Lipow memperkirakan rata-rata harga BBM nasional mencapai US$ 3,65 per galon menjelang musim semi. Senada dengan Lipow, Kepala Analis Perminyakan GasBuddy Patrick De Haan khawatir lonjakan harga pada musim semi justru lebih cepat.

"Alih-alih US$ 4 per galon terjadi pada bulan Mei, hal itu bisa terjadi pada awal Maret. Ada lebih banyak risiko naik daripada risiko turun," kata De Haan.

Kembalinya harga BBM ke US$ 4 akan sangat menyakitkan bagi para pengemudi dan merusak kepercayaan konsumen. Selain itu juga dapat memperumit gambaran inflasi karena The Fed tengah memperdebatkan apakah akan memperlambat kampanye kenaikan suku bunga.

(dna/dna)

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan

Pemuatan gagal