Singapura (ANTARA) - Saham-saham di bursa Asia melonjak pada awal perdagangan Kamis pagi, sementara dolar AS melemah setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan proses "disinflasi" sedang berlangsung, meningkatkan selera risiko dan harapan bahwa bank sentral AS akan segera mengakhiri rentetan pengetatan moneternya.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,84 persen, sedangkan Nikkei Jepang menguat 0,37 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia bertambah 0,37 persen.

Indeks saham-sahan unggulan China CSI 300 terkerek 0,11 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong naik hampir 1,0 persen.

Bank sentral AS mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin sesuai harapan setelah satu tahun kenaikan yang lebih besar dan mengatakan telah melewati periode sulit dalam perang melawan tingkat inflasi yang tinggi. Tetapi pembuat kebijakan memproyeksikan "peningkatan yang sedang berlangsung" dalam biaya pinjaman masih diperlukan.

Namun, pasar mengambil isyarat dovish dari komentar dari konferensi pers Powell. Itu membantu S&P 500 dan Nasdaq ditutup naik tajam semalam.

Ali Hassan, manajer portofolio & direktur pelaksana di Thornburg Investment Management, mengatakan Powell tampaknya mengabaikan kondisi keuangan yang lebih longgar sebagai perhatian dalam konferensi persnya.

"Ini adalah lampu hijau yang bisa dibeli pasar tanpa merasa bahwa mereka melawan The Fed."

Fokus sekarang akan beralih ke pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) yang dijadwalkan pada Kamis waktu setempat dan kenaikan suku bunga lebih lanjut kemungkinan akan diambil oleh kedua bank sentral tersebut.

Ahli strategi Saxo Markets mengatakan ECB telah melampaui rekan-rekannya dalam hawkishness baru-baru ini, dan kemungkinan akan mengulanginya minggu ini.

BoE kemungkinan akan menjadi yang paling sulit mengingat perkiraan pasar yang bimbang serta ruang untuk pemungutan suara terpecah, kata mereka.

Di pasar mata uang, dolar AS meluncur lebih rendah menyusul pernyataan Powell, dengan indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, jatuh ke level terendah baru sembilan bulan di 100,80. Indeks terakhir di 100,98.

Euro naik 0,2 persen menjadi 1,1011 dolar. Yen menguat 0,22 persen menjadi 128,65 per dolar, sementara sterling diperdagangkan terakhir di 1,2372 dolar, turun 0,03 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 1,5 basis poin menjadi 3,413 persen, sedangkan imbal hasil pada obligasi pemerintah 30-tahun naik 1,3 basis poin menjadi 3,563 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, turun 0,2 basis poin menjadi 4,108 persen.

Emas spot bertambah 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.953,69 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sembilan bulan di 1.957 dolar AS per ounce sebelumnya. Minyak mentah AS naik 0,93 persen menjadi diperdagangkan di 77,12 per barel dan Brent berada di 83,48 dolar AS per barel, naik 0,77 persen.