15 Tanda Kecanduan HP, Punya Minimal 2 Waspadalah!

Kecanduan HP dulunya adalah guyonan, tapi di era modern ternyata ini benar-benar terjadi. Apalagi, bisa dibilang hampir semua hal bisa dilakukan dengan sentuhan di layar HP. Kecanduan HP berkaitan dengan nomophobia, ketakutan hidup tanpa perangkat mobile.

Melansir Addiction Center, Jumat (3/2/2023) ada lebih dari 3,8 miliar pengguna smartphone di dunia. Riset yang diterbitkan oleh Virgin Mobile menemukan bahwa miliaran pengguna ponsel cerdas itu menerima 427% lebih banyak pesan dan notifikasi daripada satu dekade lalu. Mereka juga mengirimkan teks 278% lebih banyak.

Apakah kamu termasuk orang yang kecanduan HP? Berikut ini tanda-tanda orang yang kecanduan gadget. Kalau lebih dari 1, hati-hati, segera kurangi ketergantunganmu kepada HP dan bila merasa perlu pertolongan profesional maka disarankan untuk menemuinya.

1. Berbohong tentang penggunaan smartphone
2. Orang terkasih mengkhawatirkan perilaku penggunaan HP
3. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas dari kantor, sekolah atau pekerjaan rumah
4. Durasi pemakaian HP terus meningkat
5. Mengecek profil orang lain terus menerus karena kecemasan
6. Pernah mengalami kecelakaan atau luka dikarenakan penggunaan HP
7. Kehidupan sosial yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali
8. Mengisolasi diri dari orang tersayang
9. Kurang merasakan adanya ikatan
10. Kesal dan marah jika waktu menggunakan hp terganggu
11. Bangun malam hari untuk mengecek HP
12. Langsung mengambil HP ketika merasa bosan atau sendirian
13. Mengalami 'phantom vibration' (merasa HP getar padahal tidak)
14. Sulit membatasi penggunaan HP
15. Takut ketinggalan (FOMO).

Kecanduan ponsel sangat berbahaya dan sangat mudah terjadi. Namun tetap saja, ada cara untuk memerangi dan mengobati gangguan tersebut. Ada pusat perawatan kecanduan khusus yang dapat membantu.

Beberapa dari pusat detoks ini menawarkan berbagai program untuk membantu pasien mereka menghentikan kecanduan digital. Mereka bisa melakukan beberapa pendekatan untuk menangani kecanduan ponsel seperti terapi perilaku kognitif, terapi kelompok, psikoterapi, hingga perawatan dengan bantuan obat-obatan (jika dirasa dibutuhkan).