Alamak! Inflasi AS Tembus 9,1%, Tertinggi Dalam 40 Tahun
Detik · 14 Jul 2022 591 Views
Bendera Amerika Serikat AS
Foto: Dok. Anadolu Agency
Jakarta

Angka inflasi di Amerika Serikat (AS) terus mengalami kenaikan. Periode Juni inflasi tercatat di level 9,1% secara tahunan.

Dikutip dari CNN disebutkan angka inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Memang inflasi bulan Mei lalu sudah berada di angka 8,6%.

Tapi sebelumnya para ekonom memprediksi inflasi di kisaran 8,8%. Ini artinya angka realisasi inflasi meleset jauh dari perkiraan para ekonom.

Indeks Harga Konsumen bulan Juni juga mengalami kenaikan terutama untuk barang dan jasa yang naik 1,3%.

Penyebab dari tingginya inflasi ini karena harga bensin yang meroket hingga hampir 60% sepanjang tahun.

Memang pada bulan lalu, harga bensin secara rata-rata menyentuh US$ 5 di seluruh AS. Kemudian harga listrik naik 13,7% dan gas alam naik 38,4%. Secara keseluruhan harga energi tercatat mengalami kenaikan hingga 41,6% dari tahun ke tahun.

Hal ini juga terasa di sektor pangan yang naik 12,2% sepanjang tahun. Mulai dari harga telur yang naik 33,1%, mentega 21,3%, susu 16,4%, daging ayam naik 18,6% dan kopi naik 15,8%.

Presiden Joe Biden pada Rabu menyebut jika angka inflasi ini memang melambung tinggi. Namun angka itu disebut 'jadul' karena harga gas telah turun dalam 30 hari terakhir.

Apalagi saat ini harga bensin dan minyak mentah sekarang sudah berada di bawah US$ 100 per barel.

"Untuk energi saja sudah mencakup hampir separuh dari kenaikan angka inflasi bulanan. Data ini belum memuat dampak penurunan harga bensin," jelas dia.

Biden memang akan memprioritaskan untuk melawan inflasi di AS. Saat ini warga AS harus merogoh kocek hingga US$ 493 per bulan untuk belanja barang dan jasa.

Kepala Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi menjelaskan hal ini karena harga yang terus naik tapi tak diimbangi dengan kenaikan upah kerja.

Penghasilan rata-rata pekerja tak sebanding dengan naiknya angka inflasi. "Inflasi telah mengikis nilai penghasilan. Daya beli masyarakat turun," kata Direktur Pelaksana Charles, Kathy Jones.

Affected Trading Instrument

*Risk Disclaimer: The content above represents only the views of the author. It does not represent any views or positions of DCFX and does not mean that DCFX agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the DCFX, DCFX does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

Recommend

AUD/USD Berhenti Tepat di Atas 0,6600 dengan Data Payroll AS yang Dipantau

FXStreet · 2d 13.5K Views

Analisis Harga AUD/USD: Pembeli Menggoda SMA 200 Jam/Fibo 50%. Pertemuan, NFP AS Ditunggu

FXStreet · 2d 5.8K Views

Brischetto, RBA: Risiko Stabilitas Keuangan dari Sektor Rumah Tangga Tampak Terkendali

FXStreet · 2d 3.7K Views

Analisa XAUUSD Hari Ini: Berpotensi Naik Menjelang Berita “Non-Farm Payrolls”

Andrew Fischer · 2d 14.3K Views

Pratinjau Pasar : Yen Merosot, Susul Signal BoJ Akan Tinggalkan Suku Bunga 'Negatif'

FXStreet · 3d 5.7K Views

Prakiraan AUD/USD: Dolar Australia Rebound dari SMA 20 Hari

FXStreet · 3d 3.9K Views

AUD/USD tetap Merah di Dekat Terendah Dua Minggu, di Sekitar Area 0,6535-30 setelah Data Perdagangan Tiongkok

FXStreet · 3d 9.9K Views

Neraca Perdagangan Tiongkok: Surplus Meluas di Bulan November di Tengah Melambatnya Impor

FXStreet · 3d 6.9K Views

Harga emas Antam Kamis pagi naik Rp6.000 per gram

Antaranews · 3d 26.4K Views

Analisis Harga AUD/USD: Rebut Kembali Support Utama yang Berubah Menjadi Resistance di 0,6575

FXStreet · 4d 5.1K Views

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Menemukan Pembeli di Dekat $2.020, Menunggu Data Pekerjaan ADP AS

FXStreet · 4d 36.6K Views