Harga Minyak Rebound Usai Tenggelam di Level Terendah 15 Bulan

Bisnis · 21 Mar 2023 14.1K Dilihat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global rebound lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin (20/3/2023) waktu setempat setelah sempat tenggelam ke level terendah dalam 15 bulan.

Mengutip Reuters, Selasa (21/3/2022), dalam perdagangan yang bergejolak, minyak mentah berjangka Brent untuk Mei naik 82 sen, atau 1,1 persen menjadi US$73,79 per barel pada Senin.

Sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk April naik 90 sen, atau 1,4 persen, menjadi US$67,64 menjelang berakhirnya kontrak. Adapun kontrak berjangka Mei yang lebih aktif diperdagangkan naik 89 sen, atau 1,3 persen, menjadi US$67,82 per barel.

Harga minyak rebound lantaran Wall Street membukukan keuntungan. Sebelumnya, Brent dan WTI turun sekitar US$3 per barel ke level terendah sejak Desember 2021, dengan WTI tenggelam di bawah US$65 per barel pada satu titik. Pekan lalu, kedua tolok ukur tersebut turun lebih dari 10 persen karena krisis perbankan semakin dalam.

Penurunan awal minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah di mana UBS, bank terbesar Swiss, setuju untuk membeli Credit Suisse dalam upaya menyelamatkan bank terbesar kedua di negara itu.

Setelah kesepakatan diumumkan, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.

“Ada banyak pergerakan berbasis rasa takut [dalam harga minyak]. Pasar tidak bergerak sama sekali pada fundamental penawaran dan permintaan, pasar hanya bergerak pada masalah perbankan,” kata analis Price Futures Group Phil Flynn.

S&P 500 dan Dow Jones naik, membantu mengangkat harga minyak dari posisi terendah sesi karena taruhan The Fed mungkin akan menghentikan kenaikan suku bunga pada Rabu untuk memastikan masalah sektor bank tidak semakin besar.

Opini pedagang minyak dan ekonom tetap terpecah mengenai apakah Fed akan menaikkan suku bunga acuannya.

Beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan pengetatan kebijakan moneternya tetapi siap untuk melanjutkan menaikkan suku nanti.

"Volatilitas kemungkinan akan bertahan minggu ini, dengan kekhawatiran pasar keuangan yang lebih luas kemungkinan akan tetap berada di garis depan," kata analis ING Bank dalam sebuah catatan.

Sementara itu, negara-negara G7 kemungkinan tidak akan merevisi batas harga US$60 per barel minyak Rusia minggu ini, kata dua pejabat Uni Eropa dan satu pejabat dari anggota koalisi kepada Reuters.

G7 dijadwalkan pada pertengahan Maret 2023 untuk merevisi batas harga yang diberlakukan pada Desember 2022, tetapi para pejabat mengatakan duta besar negara-negara UE diberitahu oleh Komisi Eropa selama akhir pekan bahwa tidak ada keinginan di antara G7 untuk peninjauan dalam waktu dekat.

Komite menteri OPEC dan sekutu produsen termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan mengadakan pertemuan pada 3 April. Kelompok tersebut sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023.

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan