Jakarta, IDN Times - Hubungan China dan Rusia kian lengket usai Perdana Menteri Rusia Mikhail Mushustin menandatangani serangkaian perjanjian dengan China selama kunjungan ke Beijing pada Rabu (24/5/2023) lalu.
Hal itu semakin menandai eratnya hubungan kedua negara saat Rusia dihantam berbagai sanksi oleh negara-negara Barat akibat invasinya ke Ukraina.
Jelang kesepakatan, perdana menteri China pada Selasa mengirim ucapan selamat ke forum bisnis China-Rusia di Shanghai, yang dihadiri oleh Mushustin dan beberapa taipan Rusia. Dalam suratnya, dikatakan bahwa China bersedia memperluas pertukaran ekonomi dan perdagangan bilateral dengan Rusia.
1. Ekspor China ke Rusia melonjak
Data dari bea Cukai China menunjukan, ekspor Negeri Tirai Bambu ke Rusia pada April melonjak 153 persen dari tahun sebelumnya, setelah naik lebih dari dua kali lipat pada bulan Maret.
Menurut laporan Interfax, ekspor energi Rusia ke China tahun ini diproyeksikan meningkat sebesar 40 persen. Keduanya juga sedang mendiskusikan soal pasokan peralatan teknologi ke Moskow.
2. Teken pakta investasi dan ekspor pertanian
Dalam kunjungan di Beijing pada Rabu, Mushustin mengadakan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang. Nota kesepahaman atau MoU yang ditandatangani itu termasuk perjanjian kerja sama investasi dalam layanan perdagangan dan pakta ekspor produk pertanian ke China.
Kunjungan Mushustin terjadi setelah Rusia dan China bereaksi keras terhadap deklarasi KTT G7 yang menyalahkan kedua negara itu atas berbagai masalah, termasuk konflik di Ukraina.
3. Rusia sebut perdalam kemitraan dengan China adalah langkah strategis
Sementara, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev mengatakan, memperdalam kemitraan dengan China merupakan langkah strategis bagi Moskow.
Sebelumnya, China menolak permintaan negara-negara Barat untuk bermitra dengan Ukraina seperti halnya bersama Rusia. Pihaknya mengklaim hubungan Moskow-Beijing tidak melanggar norma internasional.