Gara-gara Arab Saudi, Harga Minyak Dunia Naik Nih

Detik · 05 Jun 2023 6.8K Dilihat
Harga Minyak Jatuh, Laba Perusahaan Migas Anjlok
Ilustrasi/Foto: BBC
Jakarta

Arab Saudi akan memangkas produksi minyak secara besar-besaran. Kementerian Energi Saudi menjelaskan, produksi minyak akan turun 1 juta barel per hari (bpd) pada Juli, dari sebelumnya 10 juta bpd pada Mei menjadi 9 juta bpd.

Kelompok Negara Pengekspor Minyak atau OPEC+ sebelumnya sepakat memperpanjang kesepakatan hingga 2024 untuk membatasi pasokan minyak. Hal itu dilakukan demi menopang harga minyak yang lesu.

"Kami ingin membekukan kue. Kami selalu ingin menambah ketegangan. Kami tidak ingin orang mencoba memprediksi apa yang kami lakukan. Pasar ini membutuhkan stabilisasi," kata Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz dikutip dari Reuters, Senin (5/6/2023).

Harga minyak mentah Brent berada di level US$ 77,64 per barel, naik US$ 1,51, atau 2%, pada 0014 GMT setelah sebelumnya menyentuh harga tertinggi di US$ 78,73 per barel. Sementara minyak mentah antara West Texas Intermediate AS naik US$ 1,41, atau 2%, menjadi US$ 73,15 per barel, setelah menyentuh tertinggi intraday di US$ 75,06 per barel.

OPEC+termasuk juga Rusia, menyumbang 40% minyak mentah dunia, yang berarti keputusannya dapat berdampak besar pada harga minyak. Langkah mengejutkan mereka untuk memangkas pasokan pada bulan April secara singkat membuat minyak mentah Brent naik US$ 9.

Pada Jumat, Brent mengakhiri perdagangan di US$ 76. Arab Saudi adalah satu-satunya anggota OPEC+ dengan kapasitas cadangan dan penyimpanan yang cukup dan bisa dengan mudah mengurangi dan meningkatkan output.

Sebelumnya OPEC+ telah melakukan pemangkasan produksi sebesar 3,66 juta barel per hari, sebesar 3,6% dari permintaan global, termasuk 2 juta barel per hari yang disepakati tahun lalu dan pemotongan sukarela sebesar 1,66 juta barel per hari yang disepakati pada bulan April.

Kesepakatan itu berlaku hingga akhir 2023. Namun pada Minggu, dalam rapat yang dilakukan selama 7 jam, OPEC+ stuju memperpanjang kesepakatan itu hingga akhir 2024.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari tahun lalu, negara-negara Barat menuduh OPEC memanipulasi harga minyak dan merusak ekonomi global melalui biaya energi yang tinggi. Barat juga menuduh OPEC berpihak pada Rusia.

Sebagai tanggapan, orang dalam OPEC menyebut pencetakan uang yang dilakukan Barat selama dekade terakhir telah mendorong inflasi dan memaksa negara penghasil minyak bertindak untuk mempertahankan nilai ekspor utama mereka.

Menyarankan