Tokyo (ANTARA) - Harga minyak stabil di awal perdagangan Asia pada Rabu, setelah turun sesi sebelumnya, karena kekhawatiran permintaan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global diimbangi kekhawatiran pasokan global yang lebih ketat menyusul janji Arab Saudi untuk memperdalam pengurangan produksi.

Minyak mentah berjangka Brent terkerek 9 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 76,38 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis 11 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 71,85 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan turun sekitar satu persen pada Selasa (6/6/2023), memangkas beberapa kenaikan Senin (5/6/2023) yang didorong oleh janji mengejutkan eksportir minyak mentah utama Arab Saudi selama akhir pekan untuk mengurangi produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) menjadi 9 juta barel per hari pada Juli.

"Pasar telah mencerna berita pemotongan produksi Saudi dan investor sekarang enggan mengambil posisi besar karena prakiraan dan indikator ekonomi yang beragam di Amerika Serikat dan China," kata Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading, unit Nissan Securities.

"Kami memperkirakan harga minyak akan menguji kenaikan saat kami memasuki musim mengemudi musim panas di Amerika Serikat," katanya, menambahkan bahwa pasokan global yang lebih ketat dan rencana AS untuk membeli minyak mentah untuk mengisi Cadangan Minyak Strategis akan membatasi penurunan.

Pemotongan sukarela, yang terbesar di Arab Saudi dalam beberapa tahun, berada di atas kesepakatan yang lebih luas oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, untuk membatasi pasokan hingga 2024 karena kelompok tersebut, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, berupaya mendongkrak harga minyak yang lesu.

Tetapi pengurangan produksi Saudi yang lebih dalam, menurut Citi pada Selasa (6/6/2023), tidak mungkin mendukung kenaikan harga yang berkelanjutan ke level tertinggi 80-90 dolar AS. Meskipun analis UBS memperkirakan Brent pada 95 dolar AS per barel pada akhir 2023 dengan defisit pasokan diperkirakan meningkat di atas 2 juta barel per hari.

Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Selasa (6/6/2023) bahwa produksi minyak mentah AS tahun ini akan naik lebih cepat dan peningkatan permintaan akan melambat dibandingkan ekspektasi sebelumnya.

Pengurangan stok minyak mentah AS juga memberikan dukungan ke pasar minyak, kata Kikukawa dari NS Trading.

Persediaan minyak mentah AS turun sekitar 1,7 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar naik, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (6/6/2023).

Para analis memperkirakan perusahaan energi AS menambahkan sekitar 1,0 juta barel minyak mentah ke penyimpanan selama pekan yang berakhir 2 Juni, menurut jajak pendapat Reuters.