Jakarta, CNBC Indonesia - Konten yang ada di Yandex kerap menjadi viral di dunia maya. Platform pesaing Google tersebut ramai dibicarakan warganet akhir-akhir ini.
Yandex sendiri merupakan perusahaan yang menyediakan layanan mesin pencarian atau search engine asal Rusia. Perusahaan berawal dari Arkady Volozh dan Arkady Borkovsky mendirikan Arkadia pada 1990.
Arkadia merupakan perusahaan pengembang software MS-DOS untuk digunakan dalam klasifikasi paten dan barang. Tiga tahun berselang Arkady Volozh bersama temannya bernama Ilya Sagalovich bekerja sama mengembangkan mesin pencarian internet yang diberi nama Yandex atau Yet Another Indexer.
Yandex diperkenalkan pertama kali pada September 1997 dan dipamerkan di pameran di Softool di Moskwa.
Sama seperti Google, Yandex juga bisa digunakan untuk melakukan pencarian sesuai kata kunci. Selain itu juga ada tawaran layanan lain, misalnya email, penyimpanan cloud, dan peta.
Yandex juga menyediakan layanan translate, seperti Google Translate yang bertugas untuk menerjemahkan teks secara online. Selain itu, Yandex memiliki layanan pencarian video.
Platform ini memang yang paling populer di negara asalnya. Menurut laporan, pangsa pasarnya hingga lebih dari 50% di Rusia.
Kepopuleran itu kian meningkat setelah smartphone Android di Rusia memutuskan tak menggunakan Google sebagai mesin pencarian default. Keputusan ini terjadi mulai tahun 2017 lalu.
Namun berdasarkan survei dari situs ExpresVPN, Yandex menempati urutan pertama browser paling tidak aman. Ini berbanding terbalik dengan Brave, Tor Browser dan Mozilla Firefox yang dinobatkan paling aman digunakan.
Studi Trinity College Dublin pada 2020 lalu juga menyebutkan hal serupa. Yandex ditempatkan jadi salah satu browser peringkat terendah untuk privasi pengguna.