Serangan Ukraina Bikin Khawatir, Harga Minyak Rawan Guncangan

CNBC Indonesia · 20 Mar 13.8K Dilihat

FILE PHOTO: Boats sail past Pulau Bukom oil refinery along the southern coast of Singapore June 8, 2016. REUTERS/Edgar Su/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia -
Harga minyak mentah kompak bergerak lebih rendah pada awal perdagangan hari ini, setelah kenaikan dua hari beruntun.

Pada awal perdagangan hari ini Rabu (20/3/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,32% di posisi US$83,2 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent bergerak lebih rendah atau turun 0,24% di posisi US$87,17 per barel.

Sebelumnya pada perdagangan Selasa (19/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup menguat 0,91% di posisi US$83,47 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terapresiasi 0,56% di posisi US$87,38 per barel.

Harga minyak naik ke level tertinggi dalam beberapa bulan untuk sesi kedua berturut-turut pada perdagangan Selasa karena para pelaku pasar menilai bagaimana serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kilang-kilang Rusia akan mempengaruhi pasokan minyak global.

Ukraina telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia tahun ini, dengan setidaknya tujuh kilang menjadi sasaran drone pada bulan ini. Serangan tersebut telah menghentikan 7%, atau sekitar 370.500 barel per hari, kapasitas penyulingan Rusia, menurut perhitungan Reuters.

Meskipun aktivitas penyulingan yang lebih rendah telah menyebabkan peningkatan ekspor minyak mentah Rusia, hal ini juga dapat menyebabkan pengurangan produksi minyak mentah karena negara tersebut menghadapi kendala penyimpanan, menurut catatan analis energi StoneX Alex Hodes.

Berdasarkan perhitungan Hodes, serangan terhadap kilang Rusia dapat mengakibatkan penurunan sekitar 350.000 barel per hari pasokan minyak bumi global dan meningkatkan harga minyak mentah AS sebesar US$3 per barel.

Sekalipun serangan tersebut tidak mengakibatkan hilangnya pasokan minyak mentah Rusia secara langsung, masih terdapat efek limpahan pada harga minyak akibat melonjaknya margin produk olahan, menurut catatan analis SEB Research Bjarne Schieldrop pada hari Senin.

Selain itu, harga minyak juga mendapat dukungan dari penurunan ekspor minyak mentah dari Arab Saudi dan Irak, serta tanda-tanda menguatnya permintaan dan pertumbuhan ekonomi di China dan AS.

Pembangunan rumah untuk satu keluarga di AS meningkat tajam pada periode Februari, menurut laporan Departemen Perdagangan. Pembangunan rumah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung permintaan minyak.

"Data permintaan minyak yang mengejutkan menjadi sisi positifnya dan perpanjangan pemotongan sukarela OPEC+ hingga akhir Juni juga telah mendukung harga minyak," ujar analis UBS Giovanni Staunovo, kepada Reuters.

"Brent kemungkinan akan diperdagangkan pada kisaran US$80 hingga US$90 per barel tahun ini, dengan perkiraan akhir Juni sebesar US$86 per barel," tambah Staunovo.

Stok minyak mentah AS turun 1,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 15 Maret, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute.

Adapun, data stok resmi dari Administrasi Informasi Energi AS akan dirilis pada hari Rabu pukul 10:30 ET (1430 GMT).


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan