JAKARTA, KOMPAS.com - PT Coca-Cola Indonesia percaya ekonomi sirkular bisa memberikan nilai tambah.
Director of Public Affairs, Communications, and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo mengatakan, selama ini linear ekonomi tidak berjalan dan justru menjadi beban untuk perusahaan, masyarakat, dan pemerintah.
"Sirkukar ekonomi adalah jalan yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan sustainable development," ujar dia dalam diskusi Coca-Cola System Towards The Circular Economy in Indonesia, Rabu (5/10/2022).
Ia menambahkan, PT Coca-Cola Indonesia saat ini sedang menjalankan sirkular ekonomi terkait botol PET dengan melihat konsepnya secara lokal.
Bicara sirkular ekonomi di Indonesia berarti melibatkan pemulung sebagai sektor informal. Tri percaya, sektor informal tersebut merupakan aset yang nantinya dapat ditumbuhkembangkan.
"Kalau kami bisa menjalankan proses sirkular ekonomi ini dengan lebih baik, teman-teman yang selama ini terlupakan, harkat hidup mereka bisa naik," imbuh dia.
Harapannya, sektor informal dapat menjadi bagian masyarakat yang lebih produktif.
Dalam proses pengumpulan botol bekas, Coca-Cola juga membantu pemulung dan keluarganya, misalnya dalam hal pendidikan dan kesehatan.
"Karena mereka kadang tidak punya KTP, KK, dan Akta Kelahiran-nya tidak punya. Ini bagian dalam proses ekonomi sirkular," jelas dia.
Target daur ulang Coca Cola
Secara angka, Tri bilang, proses tersebut mungkin tidak dapat dihitung. Namun, kalau harkat kehidupan sektor informal terangkat, pihaknya percaya itu akan mendukung pertumbuhan masyarakat yang lebih baik.