Uni Eropa menyambut baik percakapan Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu (26/4), untuk yang pertama kalinya usai invasi Rusia ke negara tersebut.
"Ini adalah langkah pertama penting yang sudah seharusnya dilakukan oleh China dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan Keamanan PBB," kata juru bicara Komisi Eropa Eric Mamer, dikutip dari AFP.
"Pemimpin China perlu menggunakan pengaruhnya untuk meminta Rusia mengakhiri perang agresinya, mengembalikan integritas wilayah Ukraina, dan menghormati kedaulatannya, sebagai dasar untuk perdamaian yang adil," imbuhnya.
Beijing mengatakan netral dalam konflik Ukraina dan Xi belum pernah mengutuk invasi Rusia, tetapi pemimpin China tersebut semakin mendapat tekanan dari negara-negara Barat untuk turun tangan dan menjadi mediator.
Sebelumnya, sebuah "dokumen posisi" 12 poin yang diterbitkan oleh China pada Februari dipandang oleh banyak pemerintah Barat sebagai memihak Rusia. Selain itu, kunjungan ramah Xi ke Moskow pada Maret untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin juga menimbulkan kritik yang luas.
Sebelumnya, Juru bicara Zelensky, Sergiy Nykyforov, kemudian mengonfirmasi bahwa pemimpin Ukraina dan China itu memang berbincang selama "nyaris satu jam."
Kantor penyiaran China, CCTV, melaporkan dalam perbincangan telepon itu, Xi mengatakan kepada Zelensky bahwa "perundingan dan negosiasi" merupakan "satu-satunya jalan keluar" dari perang.
"Terkait isu krisis Ukraina, China selalu berpihak pada perdamaian dan posisi utama kami adalah mendorong pembicaraan damai," demikian laporan CCTV.
