AS Jadi Negara dengan Produsen Minyak Terbesar dalam Sejarah

Ocky Satria ยท 27 Mar 21.2K Dilihat



Ketika dunia tengah menghadapi krisis perubahan iklim yang semakin memprihatinkan, suara-suara aktivis lingkungan semakin lantang menyerukan langkah-langkah tegas untuk mengurangi ketergantungan global pada bahan bakar fosil. Namun, di tengah sorotan terhadap keberlanjutan lingkungan, fakta mengejutkan muncul: Amerika Serikat, tanah yang terkenal dengan teknologi canggih dan kekayaan alamnya, kini sedang mengalami lonjakan produksi minyak yang membawa dampak global yang signifikan.

Menurut laporan CNN Business (27/3/2024), yang diterbitkan oleh S&P Global Commodity Insights pada Selasa lalu, Amerika Serikat diperkirakan akan mencatat rekor produksi minyak mentah dan kondensat sebesar 13,3 juta barel per hari selama kuartal keempat tahun ini. Angka ini tidak hanya mencatatkan sejarah sebagai jumlah produksi tertinggi dalam sejarah negara tersebut, tetapi juga menempatkan Amerika Serikat di puncak tangga produksi minyak global.

Peningkatan produksi ini dipimpin oleh industri pengeboran  minyak serpih yang berlokasi di Texas dan Permian Basin di New Mexico. Kekuatan produksi yang mengagumkan ini bahkan telah membuat Amerika Serikat menjadi salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Dengan volume ekspor yang setara dengan Arab Saudi atau Rusia, Amerika Serikat telah memainkan peran yang signifikan dalam mempengaruhi dinamika pasar minyak dunia.

Namun, keberhasilan ini tidak terjadi tanpa kontroversi. Di tengah panggilan untuk bertransisi ke energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon global, lonjakan produksi minyak Amerika Serikat telah memicu perdebatan yang sengit antara para aktivis lingkungan dan pemerintah. Meskipun beberapa pihak menilai produksi minyak yang melimpah sebagai penghalang bagi upaya mitigasi perubahan iklim, yang lain berpendapat bahwa industri minyak masih memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Amerika Serikat.

Bob McNally, presiden Rapidan Energy Group, menekankan pentingnya untuk tidak meremehkan potensi industri minyak Amerika Serikat. "Ini merupakan pengingat bahwa AS mempunyai cadangan minyak yang sangat besar. Industri kita tidak boleh dianggap remeh," katanya.

Namun, sementara Amerika Serikat merayakan lonjakan produksi minyaknya, pasar minyak global menghadapi tantangan yang serius. Meskipun permintaan global terhadap minyak mentah diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024, proyeksi dari S&P Global menunjukkan bahwa pertumbuhan pasokan kemungkinan besar akan melampaui pertumbuhan permintaan. Dengan demikian, sementara Amerika Serikat mencatat pencapaian gemilang dalam produksi minyaknya, tantangan bagi pasar minyak global tidak bisa dianggap remeh.

Sebagai reaksi terhadap melimpahnya pasokan minyak global, bank investasi terkemuka Goldman Sachs bahkan memangkas perkiraan harga minyak tahun depan. Mereka menyoroti bahwa alasan utama di balik penurunan perkiraan tersebut adalah kelebihan pasokan yang berasal dari Amerika Serikat.

Dalam konteks ini, lonjakan produksi minyak Amerika Serikat menjadi poin perhatian penting tidak hanya dalam dinamika pasar energi global, tetapi juga dalam perdebatan lebih luas tentang perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan. Meskipun negara-negara di seluruh dunia berjuang untuk mencapai kesepakatan untuk mengurangi emisi karbon dan beralih ke sumber energi terbarukan, peningkatan produksi minyak Amerika Serikat menunjukkan bahwa tantangan ini masih belum terselesaikan sepenuhnya.

 

Harga Minyak Mentah Stabil


Harga gas yang mendekati 3$, telah membantu mengontrol harga minyak. Minyak mentah telah turun kembali ke kisaran $70 hingga $75 setelah mendekati $100 per barel awal tahun ini.

Setelah BP menghentikan pengiriman melalui Laut Merah karena masalah keamanan, harga energi melonjak minggu ini. Namun, harga minyak AS diperdagangkan jauh di bawah $74 per barel pada 7 Oktober, jauh di bawah harga ketika Hamas menyerang Israel.

Harga bensin telah turun drastis, membantu mengurangi tekanan inflasi pada perekonomian AS, meskipun harga gas mendekati level psikologis penting $4 per galon pada bulan September.

Menurut AAA, harga rata-rata nasional untuk satu galon gas reguler pada hari Selasa adalah $3,08 per galon, turun dari $3,14 pada tahun sebelumnya.



Dapatkan berita terbaru setiap harinya terkait analisa market, berita trading terupdate, serta analisis teknikal yang andal. DCFX #TheSuperApp dilengkapi dengan fitur lengkap dengan 70+ instrumen global. Jadi, Segera download aplikasinya dan trading sekarang!

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan

Mengenal Istilah "Blow-Off Top" dalam Pasar Keuangan

Ocky Satria ยท 1 hari 3.7K Dilihat

Harga Minyak Menanjak Berkat Peluang Penguatan Ekonomi AS

CNN Indonesia - Ekonomi ยท 1 hari 1.3K Dilihat

Cadangan Minyak Turun, Harga Minyak Dunia Naik

Pasar Dana ยท 1 hari 1K Dilihat

Tensi Geopolitik Timur Tengah Mereda, Harga Minyak Dunia Turun

Pasar Dana ยท 2 hari 7.2K Dilihat

Memahami Capital Loss: Penyebab, Dampak, dan Strategi Menghadapinya

Ocky Satria ยท 2 hari 5.3K Dilihat

WTI Bullish Masih Didorong Tingginya Tensi Konflik Israel-Iran

Andrew Fischer ยท 2 hari 3.9K Dilihat

Minyak Loyo Meski Masih Mendapat Tenaga dari Konflik di Timur Tengah

CNN Indonesia - Ekonomi ยท 2 hari 3K Dilihat

Pelemahan Dolar Terbangkan Harga Minyak

CNN Indonesia - Ekonomi ยท 3 hari 5.2K Dilihat

Tensi Geopolitik Timur Tengah Mereda, Harga Minyak Dunia Turun

Pasar Dana ยท 4 hari 8.8K Dilihat