Mau Pensiun di Usia 35 Tahun, Contohlah Cara Pandang Pasangan Ini!

Liputan 6 · 26 Apr 13.2K Dilihat



Liputan6.com, Jakarta -
Banyak orang terobsesi dengan angka ketika tengah merencanakan keuangan mereka. Apakah itu jumlah uang yang yang harus hasilkan setiap tahun, nilai yang harus ditabung, hingga besara yang harus investasikan.

Tampaknya dunia keuangan sering kali didefinisikan oleh angka-angka ini.

Sering kali kamu bertanya tentang berapa banyak uang yang harus dihasilkan untuk agar aman secara finansial atau financial freedom.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa mungkin ada lebih banyak yang seharusnya lebih diperhatikan untuk mencapai keamanan finansial daripada sekadar hanya fokus kepada uang di rekening.

CNBC’s International Your Money Financial Security Survey yang dijalankan SurveyMonkey, menyoroti bagaimana orang-orang di seluruh dunia memandang berapa besar yang yang harus dikumpulkan. 

Namun, jika kamu bertanya kepada seseorang seperti Steve Adcock, mungkin akan mendapatkan pandangan yang berbeda.

Seorang pria berusia 42 tahun yang pensiun dari pekerjaannya di usia 35 tahun dengan tabungan sekitar USD 900.000 atau kurang lebih Rp 14,40 miliar (estimasi kurs Rp 16.000 per dolar AS)

Bagi Adcock, jumlah uang yang ditabungnya tidak memberinya rasa aman, melainkan kebebasan untuk menjalani hidupnya sesuai keinginannya tanpa bergantung pada gaji.

Ketika istrinya pensiun pada tahun berikutnya, mereka menghabiskan waktu tiga tahun berkeliling negeri dengan menggunakan Airstream RV.

Alih-alih menghabiskan delapan hingga 10 jam sehari di kantor, Steve menghabiskan waktu dengan menjelajahi jalur pendakian, berperahu di danau, dan mengunjungi tempat pembuatan bir.

"Itu benar-benar pertama kalinya saya merasa aman secara finansial, yang berarti kami tidak perlu bekerja seumur hidup." Jelasnya.

Adcock menekankan bahwa jumlah uang di rekening tabungan bukanlah satu-satunya ukuran keamanan finansial.

Gaji yang lebih besar memang membantu keamanan finansial, tetapi itu bukanlah segalanya. 

"Anda bisa saja menghasilkan USD 200.000 per tahun, tetapi jika Anda menghabiskan USD 180.000 per tahun, Anda tidak aman secara finansial," tambahnya.

Sebagai contoh, pada tahun 2014, ketika ia dan istrinya masing-masing menghasilkan USD 220.000 per tahun, mereka menyisihkan lebih dari 70% dari pendapatannya dan berinvestasi dengan agresif.

"Menurut saya, tingkat tabungan kami sangat ekstrem. Tetapi saya membenci apa yang saya lakukan. Saya ingin pergi secepat mungkin."

Namun, untuk mencapai keamanan finansial, Anda tidak perlu menabung dengan jumlah yang tinggi.

Langkah pertama adalah membangun dana darurat yang cukup untuk menutupi biaya hidup Anda selama beberapa bulan.

Menurut Bankrate, 44% orang Amerika tidak dapat memenuhi kebutuhan darurat sebesar $1.000 dengan tabungan mereka, yang menunjukkan betapa pentingnya tabungan darurat dalam mencapai keamanan finansial.

"Itu adalah kebalikan dari aman secara finansial," kata Adcock.

Pandangan Adcock tentang keamanan finansial memungkinkan kita untuk melihat uang sebagai alat untuk mendanai hal-hal yang penting bagi kita dalam hidup, bukan hanya sebagai angka di rekening bank.

Bagi mereka yang bercita-cita pensiun dini, tujuannya adalah memiliki portofolio investasi yang cukup besar untuk mendukung gaya hidup mereka tanpa harus bekerja lagi.

Bahkan setelah mencapai keamanan finansial, banyak orang seperti Adcock yang tetap aktif secara ekonomi, mengerjakan proyek-proyek yang mereka sukai atau mengejar minat baru.

Bagi mereka, keamanan finansial bukanlah tentang berhenti bekerja sama sekali, tetapi tentang memiliki kebebasan untuk bekerja sesuai keinginan mereka.

Keamanan finansial bukanlah sekadar tentang jumlah uang yang Anda hasilkan, tabung, atau investasikan. Lebih dari itu, itu tentang memiliki kontrol atas hidup Anda dan kebebasan untuk mengejar apa yang Anda cintai tanpa tergantung pada gaji. 

Menyarankan