Akhirnya Perang! Siap-siap Wall Street Jeblok Nih

CNBC Indonesia · 23 Feb 2022 4.3K Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa (22/2/2022), di mana investor masih mengamati pergerakan tensi antara Rusia dan Ukraina.

Kontrak futures indeks Dow Jones turun 185 poin atau 0,54%. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi yang masing-masing sebesar 0,5% dan 1%. Kemarin, bursa saham di AS tutup karena memperingati hari ulang tahun Washington.

Harga minyak dunia melonjak, di mana kontrak minyak acuan AS di West Texas Intermediate naik 4,5% ke US$95,19/barrel.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dia mengakui kemerdekaan dua wilayah yang ingin memisahkan diri dari Ukraina, berpotensi mengikis pembicaraan damai dengan Presiden AS Joe Biden. Pengumuman tersebut memicu Biden untuk memberikan sanksi terhadap wilayah separatis Rusia, di mana negara-negara Eropa berjanji untuk mengambil tindakan tambahan.

Kemudian, Putin memerintahkan pasukan militernya ke dua wilayah tersebut. Berita tersebut muncul setelah Gedung Putih mengumumkan pekan lalu bahwa Presiden AS setuju untuk bertemu dengan Putin dalam upaya untuk meredakan situasi Rusia-Ukraina melalui diplomasi. Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pertemuan antara kedua pemimpin akan terjadi setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov digelar terlebih dulu.

Konflik Rusia-Ukraina telah menekan sentimen pasar, di mana mayoritas indeks saham mengumumkan penurunannya secara mingguan. Indeks Dow Jones turun 1,9% dari pekan lalu dan indeks S&P 500 anjlok 1,6%. Hal yang serupa terjadi terhadap indeks Nasdaq yang jatuh 1,8%.

Investor masih mengamati bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diprediksikan akan menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali mulai bulan depan. Mengacu kepada perangkat FedWatch milik CME Group, investor bertaruh adanya 100% kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan setelah pertemuan pada 15 dan 16 Maret nanti.

Proyeksi pengetatan kebijakan moneter telah menekan pasar saham, khususnya sektor yang sensitif seperti sektor teknologi dan membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik di awal tahun ini. Yield obligasi tenor 10 tahun berada di 1,93% pekan lalu, setelah sempat menyentuh 2%. Padahal, yield obligasi tenor 10 tahun hanya 1,51% di awal tahun ini.

"Mulai hari ini, pasar mengharapkan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya pada hampir setiap pertemuannya tahun ini, kami menilai kebijakan moneter sebagai sesuatu yang menguntungkan untuk saat ini karena The Fed terus membeli yield obligasi AS (Treasury)," tutur Ahli Perencana Investasi Strategas Ryan Grabinski dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, investor bersiap untuk musim rilis kinerja keuangan yang dirilis oleh Home Depot dan eBay. Sejauh ini, musim rilis kinerja keuangan sudah solid, di mana 400 konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangannya dan sebanyak 77,7% telah melampaui ekspektasi pasar, jika mengacu kepada FactSet.

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan