Remaja Makin 'Punah' dari Facebook

CNN Indonesia · 01 Apr 9.4K Dilihat



Riset mengungkap tak banyak remaja menjadikan Facebook sebagai media sosial favorit dan lebih memilih YouTube dan TikTok. Konten yang enggak relate dituding jadi penyebabnya.

Ini terungkap dalam survei Pew Research Center pada 26 September hingga Oktober 2023. Sampelnya terdiri dari 1.453 pasangan di AS, dengan setiap pasangan terdiri dari satu remaja AS berusia 13 hingga 17 tahun dan satu orang tua per remaja. Margin of error mencapai plus/minus 3,2.

"Remaja cenderung tidak menggunakan Facebook dan Twitter (yang belakangan ganti nama menjadi X) dibandingkan satu dekade yang lalu," demikian keterangan Pew Research Center.

Rinciannya, seluruh segmen sampel remaja di AS yang masih memakai Facebook cuma 33 persen. Makin muda, makin mereka tak terkoneksi FB. Ramaja 13-14 tahun cuma 24 persen, remaja 15-17 cuma 38 persen. Dalam hal asal, remaja yang memakai FB berasal dari pedesaan (40 persen), perkotaan (35 persen), dan suburban (28 persen).

Sebagai komparasi, 93 persen remaja memakai YouTube, 63 persen main TikTok, 60 persen pakai Snapchat, dan 59 persen remaja AS masih memakai Instagram.

Angka lebih parah ditunjukkan dalam hal frekuensi kunjungan ke platform online. Survei tersebut mengungkap cuma 3 persen remaja AS yang rutin mengunjungi Facebook.

Bandingkan dengan TikTok dan YouTube yang dikunjungi secara konstan masing-masing oleh 17 persen dan 16 persen remaja. Sementara, Instagram, yang juga milik Meta, rutin digunakan 8 persen remaja.

Pew Research Center menggarisbawahi Facebook mengalami penurunan tajam pengguna remaja.

"Facebook pernah mendominasi lanskap media sosial di kalangan remaja Amerika, namun jumlah remaja yang menggunakan situs tersebut telah menurun dari 71 persen pada 2014-2015 menjadi 33 persen saat ini," lanjut keterangan.

"Twitter, yang berganti nama menjadi X pada Juli 2023, juga mengalami penurunan basis pengguna remaja selama dekade terakhir - meskipun penurunannya tidak terlalu tajam dibandingkan Facebook."

Pada periode 2014-2015, masih ada 71 persen remaja menggunakan medsos yang didirikan Mark Zuckerberg itu. Saat itu, Facebook unggul jauh dari para pesaingnya seperti Instagram (52), Snapchat (41 persen), Twitter (33 persen), Tumblr (14 persen). Ketika itu belum ada TikTok.

 

Pada survei Pew Research Center pada 14 April-4 Mei dan diterbitkan pada 8 Agustus 2022, 32 persen remaja tercatat menggunakan Facebook. Alhasil, tahun ini ada kenaikan 1 persen.

Jules Terpak, pembuat konten Gen Z yang juga meliputi budaya digital, menilai Facebook erat kaitannya dengan generasi yang lebih tua. Platform cikal-bakal Meta tersebut dianggap kurang menarik untuk Gen Z.

"Sekarang ada lebih dari lima platform media sosial punya posisi kuat untuk terus di-scroll. Demi waktu dan kewarasan, orang harus menghilangkan platform yang mulai kekurangan nilai dan insentif," ujar dia, dikutip dari TechCrunch.

"Budaya yang ditanamkan oleh rata-rata pengguna Facebook sangat terputus dari hal-hal yang dianggap menarik dari sebuah platform oleh Gen Z, yang ada malah energi email spam," sindirnya.

Direktur Kemitraan Global untuk Meta di Asia Tenggara Revie Sylviana menuturkan Facebook merupakan aplikasi yang sudah rilis sejak lama, yakni 2004.

"Sebetulnya karena memang Facebook itukan sudah lebih duluan ada di pasar, jadi memang kalau dilihat secara populasi banyak yang (mungkin) dari sisi umurnya lebih di tingkat atas," ujar dia, ditemui di kantor Meta Indonesia, Jakarta pekan lalu.

"Karena dari awal Facebook diluncurkan mereka sudah ada di situ, tetapi sebetulnya kalau kita iris-iris lagi terutama kalangan milenial itu masih sangat besar sekali di Facebook," klaimnya, tanpa merinci angka versi Meta.

Menurutnya, karakteristik penggunaan medsos oleh Gen Z saat ini adalah Instagram atau Threads lebih dulu, baru menengok Facebook. Hal berbeda terjadi pada milenial dan baby boomers yang memulai dengan Facebook baru masuk ke Instagram.

"Tapi kalau Facebook enggak [dilirik Gen Z] juga enggak apa-apa, karena kita juga punya beberapa platform, jadi bisa dicari dulu yang cocok penggunaannya," jelas Revie.

"Kita terus mencobanya dari sisi relevansi tadi, fitur-fiturnya, penggunaannya, dan kita harap mereka akan makin engaged didalam aplikasi kita," tandas dia.

 

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan