Harga minyak mentah dunia anjlok 2% jelang pengumuman kebijakan suku bunga The Fed. Ekspor minyak Rusia yang tetap kuat di tengah sanksi juga membebani laju minyak.
Pada perdagangan Senin (30/1/2023) harga minyak mentah jenis Brent tercatat US$84,9 per barel, turun 2,03% dibandingkan posisi sebelumnya. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,23% ke US$77,9 per barel.
Investor memperkirakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve/The Fed, akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan besok. Setelah itu kenaikan suku bunga akan diikuti oleh Bank of England dan bank sentral Eropa.
“Kami melihat sentimen ‘risiko mundur’ dari reli dua minggu terakhir di tengah gagasan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat permintaan lebih cepat,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Pasar juga di bawah tekanan dari indikasi pasokan kuat Rusia meskipun larangan Uni Eropa dan pembatasan harga oleh G7 diberlakukan, buntut dari serangan ke Ukraina.
Selain itu, pertemuan OPEC juga menjadi perhatian utama oleh para investor. Diperkirakan OPEC+ tidak akan mengubah kebijakan produksi.
“Perahu itu tidak benar-benar berada di lautan badai sekarang. Jadi mengapa mengayunkan sesuatu yang tidak bergerak sebagaimana adanya,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
Dibalik tekanan tersebut para pelaku pasar menaruh harapan ke importir minyak terbesar di dunia, China. Pelonggaran kebijakan mengenai pembatasan mobilisasi untuk mencegah penularan virus Covid-19 memberikan harapan kenaikan permintaan.
“Pasar telah memperkirakan peningkatan permintaan sebagian besar dari China sehingga para pedagang menunggu dan melihat sikap untuk tanda-tanda yang jelas dari tarikan permintaan,” tambah Kissler.
