Bank Milk CHI, Tencent & Alibaba Incar Ekspansi ke Indonesia

CNBC Indonesia · 19 Mar 2.7K Dilihat

Bank CCIC

Jakarta, CNBC Indonesia
- Raksasa bank investasi China International Capital Corporation (CICC) mengatakan Asia Tenggara baru menyaksikan "puncak gunung es" dari maraknya perusahaan China yang ingin menjajaki peluang di kawasan tersebut. 

Mengutip Financial Times, CICC, bank yang disokong negara yang memiliki aset sekitar US$90 miliar itu, mengatakan pihaknya menargetkan Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Thailand dalam fase ketiga ekspansi internasional. Adapun, Asia Tenggara, yang dihuni oleh 700 juta orang, merupakan mitra dagang teratas Tiongkok.

Menurut pemimpin operasional CICC di Asia Tenggara dan Asia Selatan Stephen Ng, kantor bank di Singapura, seperti semua kantornya di luar negeri yang beroperasi di bawah CICC Internasional, telah meningkatkan jumlah pegawainya lebih dari dua kali lipat. Jumlahnya menjadi 60 orang, sejak pandemi Covid-19 merebak.

Pada bulan September lalu, CICC telah mendapatkan persetujuan di Vietnam untuk membuka kantor perwakilan untuk marketing and sales. Bank yang sahamnya dimiliki Tencent dan Alibaba itu juga disebut akan mengajukan izin sebagai financial advisory di Indonesia.

Sementara untuk kantor di Malaysia dan Thailand akan menyusul dalam beberapa tahun ke depan, kata Ng.

"Kita hanya melihat puncak gunung es dari investasi keluar Tiongkok," kata Ng kepada Financial Times, dikutip Selasa (19/3/2024).

"Kedekatan, budaya, bahasa dan sumber daya alam Asia Tenggara merupakan daya tarik besar bagi perusahaan Tiongkok."

Ng kemudian menyoroti peluang Indonesia dalam aksi merger dan akuisisi, penggalangan ekuitas, dan penerbitan obligasi.

"Seperti banyak negara, mereka masih lebih terbiasa dengan obligasi dolar, eurobond, dan Yen jepang. Namun tetap saja, CICC memiliki peran penting dalam memberi tahu mereka lebih banyak tentang alasan obligasi panda [Tiongkok] relevan untuk pembangunan bangsa mereka," katanya.

Ng menyebutkan proyek-proyek seperti pembangunan ibu kota baru RI, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN) senilai US$35 miliar.

Tahun ini, tambah Ng, bank tersebut akan fokus pada komersialisasi dan monetisasi hubungan yang telah dibangun di Asia Tenggara.

Adapun CICC sudah melayani perusahaan seperti produsen kendaraan listrik, BYD dan Geely. Bank investasi terbesar ketiga di Tiongkok itu ingin menjadi "jembatan" yang menghubungkan kedua perusahaan itu dengan Asia Tenggara.

"Untuk setiap BYD dan Geely, ada ratusan atau ribuan perusahaan Tiongkok lainnya mencari investasi potensial di Asia Tenggara," kata Ng.

Sebagai informasi, CICC didirikan pada tahun 1995 sebagai perusahaan patungan antara Morgan Stanley dan China Construction Bank dengan mandat untuk melayani daratan utama Tiongkok dan pasar internasional.

Bank tersebut menjadi bank investasi pertama di negara itu, dan selama bertahun-tahun dianggap sebagai institusi pilihan bagi badan usaha milik negara Tiongkok.

Morgan Stanley telah melepas kepemilikan sahamnya di CICC pada tahun 2010.

CICC, yang merupakan bank investasi Tiongkok yang paling aktif dalam pembuatan kesepakatan luar negeri, melaporkan pendapatan sebesar US$2,6 miliar pada paruh pertama tahun 2023, meningkat 5% secara tahunan (yoy).

Perusahaan tidak mengungkapkan apakah usaha kantornya di luar negeri menguntungkan, namun menurut pengajuan, bisnis luar negeri pada awalnya memperoleh pendapatan sebesar Rmb3 miliar pada paruh tahun 2023, meningkat 31% yoy. Ini termasuk kantor cabang di Hong Kong.

Ekspansi CICC ke luar daratan utama Tiongkok dimulai pada tahun 1998, dengan kantor di Hong Kong, dan tahap kedua diikuti dengan pembukaan di pusat keuangan global lainnya termasuk Singapura, New York dan London.

Menurut Ng, Asia Tenggara merupakan bagian penting dari fase ketiga. Ia berharap dapat menawarkan layanan di bidang ekonomi digital Indonesia serta ekosistem kendaraan listrik, yang termasuk nikel.

Ng mengatakan analisis menunjukkan pasar Tiongkok terdiri dari 90% investor ritel pada 15 tahun yang lalu, namun sekarang sudah 50% bersifat institusional.

"Jika Indonesia terus berjalan dengan baik, saya pikir kita bisa melihat hal serupa [dengan Tiongkok]," katanya.

 

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan