Rilis data inflasi Inggris kemarin menunjukkan harga-harga konsumen mulai melambat, tetapi tidak secepat perkiraan konsensus. Alhasil, para pelaku pasar berpendapat Bank of England (BoE) belum perlu menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sebagai upaya pengendalian inflasi.
Estimasi pasar terhadap waktu pemangkasan suku bunga pun mundur dari bulan Juni ke Agustus. Bahkan, sebagian investor memperkirakan siklus pelonggaran kebijakan BoE baru akan terjadi pada September.
Perubahan prospek kebijakan tersebut memicu penguatan nilai tukar Pound sterling. Namun, pasangan mata uang GBP/USD melemah lagi, bahkan jatuh sampai ke bawah 1.2400 selama perdagangan hari ini (19/April). Pasalnya, dua petinggi BoE baru saja memberikan pernyataan bertendensi dovish.
Dave Ramsden, salah satu anggota MPC, mengatakan bahwa tren inflasi Inggris saat ini cenderung menurun. Ia memperkirakan laju inflasi akan tetap di kisaran 2% sampai tiga tahun mendatang.
Pidato Ramsden di Peterson Institute of International Economics tersebut sekaligus menepis kekhawatiran pasar terkait kemungkinan kenaikan inflasi akhir tahun nanti.
Senada dengan Ramsden, Gubernur BoE Andrew Bailey menegaskan bahwa data terbaru menunjukkan inflasi Inggris "hampir berada di jalur yang tepat" dengan proyeksi bank sentral. Dalam sebuah konferensi di Washington DC, ia berharap ada penurunan tajam dalam angka inflasi bulan depan.
Menurut Bailey, saat ini Inggris Raya sedang mengalami periode disinflasi yang nyata. Ia bahkan pernah mengatakan bank sentral Inggris dapat mulai memotong suku bunga meskipun tingkat inflasi belum mencapai target 2%.
Pernyataan Ramsden dan Bailey membuat peluang rate cut BoE pada Juni kembali naik. Artinya, BoE dan ECB kini diproyeksi memangkas suku bunga di waktu yang hampir bersamaan—mendahului The Fed yang diperkirakan baru akan melonggarkan kebijakan pada kuartal terakhir nanti.