Dedolarisasi Makin Kencang di ASEAN

Ocky Satria ยท 29 Ags 2023 281K Dilihat



Masih ingat dengan istilah fenomena
dedolarisasi yang sempat diperbincangkan di dunia ekonomi beberapa waktu silam? Nah, kabarnya bahwa gerakan Dedolarisasi ini kian terus terjadi, hingga beberapa negara kompak untuk membuang Dolar AS dalam transaksi keuangan. Sebelum membahas lebih lanjut, mari simak pengertian dari istilah fenomena ini dan bagaimana dampaknya?

Pengertian Dedolarisasi

Dedolarisasi adalah upaya untuk menggantikan Dolar, yang biasanya digunakan sebagai mata uang transaksi bilateral. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan sebuah negara terhadap Dolar AS, karena Dolar AS masih menjadi mata uang utama dalam perdagangan internasional hingga saat ini.

Tingginya inflasi dan ketidakpastian global menyebabkan dedolarisasi. Salah satu sebabnya adalah kemerosotan perang Rusia-Ukraina dan defisit neraca pembayaran AS dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, mata uang Amerika Serikat berkode USD agak bergejolak dan sensitif terhadap masalah global.

Lantas, Bagaimana Nasib Status Dolar AS sebagai raja mata uang?

Dolar AS sebagai alat transaksi global semakin lemah. Negara-negara Asean, termasuk Indonesia dan bahkan China, secara bertahap "buang" Dolar AS dan beralih ke mata uang lokal mereka.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan secara resmi dalam forum pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral Asean (Asean Finance Ministers and Central Bank Governors, atau AFMGM) di Jakarta pekan lalu bahwa dia akan meninggalkan Dolar AS untuk transaksi keuangan atau dedolarisasi oleh negara-negara di kawasan Asean. 

Perry menyatakan bahwa para pemimpin Asean telah mencapai kesepakatan untuk memperkuat konektivitas pembayaran regional (RPC) dan mendorong penggunaan transaksi mata uang lokal (LCT). Dia berharap semakin banyak negara anggota Asean akan berkolaborasi dalam LCT, yang pada akhirnya akan meningkatkan stabilitas makroekonomi, sistem keuangan, dan juga mengatasi kerentanan eksternal yang meningkat.

Indonesia, Malaysia, dan Thailand setuju untuk kerja sama LCT, atau transaksi dengan mata uang lokal masing-masing negara. 

Di sela-sela Pertemuan AFMGM di Jakarta, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed Ghaffour, dan Gubernur Bank Thailand Sethaput Suthiwartnarueput menandatangani Nota Kesepahaman.

Selain itu, China dan Jepang telah bekerja sama dengan LCT; dengan kata lain, kelima negara tersebut tidak bertransaksi dengan dolar AS sebagai mata uang utama. 

Menurut Destry Damayanti, Deputi Senior Bank Indonesia (BI), keputusan terakhir mengenai kerja sama LCT saat ini dengan Korea Selatan masih belum diputuskan. "LCT kita baru dengan empat negara, tinggal gong dengan Korea Selatan." 

Dalam konferensi pers beberapa waktu lalu, dia menyatakan bahwa Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan trennya meningkat. Mereka berharap kerja sama LCT akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan serta membantu menahan dampak dari gejolak eksternal yang meningkat pada negara berkembang.

Bukti Nyata Dedolarisasi, Gimana Indonesia? 


Indonesia telah memulai memperluas konektivitas pembayaran regional (RPC) bersama dengan negara lain di Asia Tenggara atau ASEAN. Peta Jalan RPC telah disetujui oleh para anggota. Ini menetapkan waktu yang diperlukan bagi negara-negara anggota Asean untuk bergabung dalam satu wadah.  

Selain itu, bank sentral negara-negara Asean memiliki komitmen dan mendukung sepenuhnya dalam mewujudkan integrasi wilayah Asean melalui inisiatif transaksi menggunakan LCT dan RPC. Akibatnya, bank sentral negara-negara Asean sepakat untuk tidak lagi bergantung pada Dolar AS. Kerja sama ini juga diperluas ke negara-negara Asean lainnya, seperti Jepang, China, Korea Selatan, atau Asean +3.


Dapatkan berita terbaru setiap harinya terkait analisa market, berita trading terupdate, serta analisis teknikal yang andal. DCFX #TheSuperApp dilengkapi dengan fitur lengkap dengan 70+ instrumen global. Jadi, Segera download aplikasinya dan trading sekarang!

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan