Ulah Elon Musk, Tesla Boncos Rp 1.266 Triliun

CNBC Indonesia · 29 Jan 6.2K Dilihat

CEO Tesla Elon Musk melambai saat ia tiba di Forum Wawasan Kecerdasan Buatan (AI) bipartisan untuk seluruh senator AS yang diselenggarakan oleh Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer (D-NY) di US Capitol di Washington, AS, 13 September 2023. (REUTERS/Leah Millis)

Jakarta, CNBC Indonesia -
Saham Tesla anjlok lebih dari 12% pada Kamis (25/1) kemarin setelah CEO Elon Musk terang-terangan mengumbar proyeksi bisnis tahun ini. Menurut dia, pertumbuhan penjualan akan terus melambat meski perusahaan melancarkan strategi pemotongan harga.

Bahkan, Musk mengatakan diskon yang digelontorkan telah merugikan margin perusahaan. Hal ini memicu kekhawatiran investor, sebab permintaan terus menurun dan kompetisi di China makin ganas.

Namun, Musk mengatakan Tesla memiliki strategi baru. Tak lain dengan mengembangkan mobil listrik (EV) yang lebih murah di masa depan. Musk menargetkan mobil listrik murah mulai bisa dipasarkan pada semester kedua 2025 mendatang.

Kendati sudah punya strategi baru, Musk mengatakan ada tantangan dalam memproduksi mobil model baru. Sebab, perusahaan membutuhkan teknologi terbaru yang lebih canggih untuk memproduksinya.

Saham Tesla mengalami persentase kerugian intraday paling tajam dalam lebih dari setahun, dengan nilai pasar sebesar $80 miliar (Rp 1.266 triliun) terhapus pada hari Kamis kemarin.

Hal ini mendorong kerugian kapitalisasi pasarnya pada bulan ini menjadi sekitar $210 miliar (Rp 3.324 triliun), dikutip dari Reuters, Jumat (26/1/2024).

Analis TD Cowen mengatakan Tesla sudah memasuki babak baru dari buruk menjadi lebih buruk. Pendapatan dan profit Tesla pada Q4 2023 juga lebih buruk dari ekspektasi pasar.

Tak cuma Tesla, industri mobil listrik secara keseluruhan juga mengalami penurunan. Saham produsen EV Rivian Otomotive, Lucid Group, dan Fisker, terpantau turun 4,7% hingga 8,8%.

Industri EV sudah mengalami perlambatan selama lebih dari satu tahun terakhir. Diskon mobil Tesla diramal akan turut memberi tekanan pada startup dan produsen mobil listrik lainnya.

"Masalahnya bagi Tesla adalah setiap upaya signifikan untuk meningkatkan penjualan mulai saat ini mungkin perlu dicapai dengan mengorbankan margin operasi yang makin turun, karena harus bersaing dengan BYD di China, serta meningkatnya persaingan di tempat lain," kata Michael Hewson, kepala analis pasar di CMC Markets.

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan