Google Makin Ditinggal, CEO Mengaku Banyak yang Pindah ke Penggantinya

CNBC Indonesia · 25 Apr 6.2K Dilihat

Google Doodle Dokter Sulianti Saraso

Jakarta, CNBC Indonesia
- Bos Google Search, Prabhakar Raghavan memberikan kabar buruk terkait produk mesin pencarian itu. Namun lebih dulu, dia ingin semua orang tetap tenang.

"Ambil teh boba Anda," kata Raghavan pada sebuah pertemuan besar bulan lalu, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2024).

Menurutnya keadaan pada industri mesin pencarian sudah tak sama lagi dan banyak berubah. Selama dua dekade, Google Search mendominasi pasar.

Bukan hanya itu, bisnis iklan digital selama tiga tahun terakhir tumbuh lebih US$100 miliar. Lebih banyak dibandingkan pendapatan Starbucks, Mazda dan Tiktok digabungkan.

"Saya pikir kita harus sepakat keadaan tak sama seperti 15-20 tahun lalu, banyak hal telah berubah," ungkapnya.

Dalam pidatonya itu, dia juga merujuk pada persaingan dan tantangan peraturan yang meningkat. CNBC Internasional mengatakan Google menghadapi tantangan dari pasar generative AI seperti dari Microsoft dan OpenAI.

Untuk mengatasi masalah, Raghavan melakukan sejumlah perubahan. Misalnya rencana membangun tim di beberapa pasar utama, seperti Brasil dan India.

Selain itu, dia berusaha mempersingkat waktu untuk laporan menyelesaikan sebuah proyek. Dengan begitu akan jauh lebih singkat dan bergerak dengan lebih cepat.

Google dipastikan akan terus mengembangkan teknologi generative AI di produk dan layanannya. Termasuk terkait pencarian dan meningkatkan kualitas penelusuran.

"Masih banyak lagi yang akan hadir," ucap juru bicara Google.

Kalah lawan TikTok

TikTok makin populer sebagai menjadi sumber informasi dan berita untuk Gen Z. Posisi Google sebagai tempat mencari berita dan informasi makin merosot.

Berdasarkan kajian dari Pew Research Center yang dikutip dari Reuters pada Kamis (16/11/2023), setengah dari penduduk Amerika Serikat usia dewasa mendapatkan berita dari media sosial.

Survei yang dilakukan atas 8.842 penduduk AS memang menunjukkan bahwa 67 persen dari populasi AS masih menggunakan website atau aplikasi media berita untuk mencari informasi.

Namun, peran media sosial makin sentral sebagai sumber informasi. Facebook adalah platform media sosial paling populer sebagai sumber berita, yaitu digunakan oleh 30 persen penduduk AS. Platform terbesar kedua adalah YouTube (26 persen), Instagram (16 persen), dan TikTok (14 persen).

Peran TikTok sebagai sumber berita, berdasarkan penelitian Pew, makin dominan. Dari semua pengguna TikTok yang disurvei, 43 persen mengaku secara rutin mencari informasi dan berita dari TikTok. Survei serupa pada 2022, padahal, menunjukkan bahwa hanya 22 persen dari pengguna TikTok yang menggunakan media sosial video pendek tersebut sebagai tempat mencari berita.

Kecenderungan gen Z untuk mencari berita lewat TikTok dan media sosial lain sebelumnya telah terungkap dalam penelitian oleh Morning Consult.

Laporan dari firma riset Morning Consult menyebutkan adanya pertumbuhan signifikan pada TikTok. Meski angkanya belum terlalu besar dibandingkan Google, namun Tiktok bukan platform mesin pencarian.

Hingga Februari 2023, 14 persen gen Z mengaku mencari informasi melalui TikTok. Pengguna Google pada anak muda tercatat mencapai 39 persen.

Untuk rentang umur lain, yakni baby boomers (1946-1964), Gen X (1965-1976), dan milenial (1977-1994), masih menjadikan Google sebagai tempatnya mencari informasi.

 

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan