Mustafa Suleyman, Pencipta Teknologi AI Google DeepMind Resmi Gabung Microsoft

Liputan 6 · 21 Mar 10.5K Dilihat



Liputan6.com, Jakarta -
Mustafa Suleyman, salah satu pendiri Google DeepMind baru saja mengumumkan dirinya telah resmi bergabung dengan Microsoft.

Kabar salah satu pencipta teknologi AI Google ini bergabung dengan Microsoft diungkap Suleyman, di akun media sosial (medsos) X.

"Saya sangat bersemangat untuk mengumumkan, hari ini saya bergabung Microsoft sebagai CEO Microsoft AI," tulis Mustafa Suleyman di akun X miliknya, Rabu (20/3/2024).

Dia juga mengatakan, "Saya akan memimpin semua produk dan penelitian AI konsumen, termasuk Copilot, Bing, dan Edge."

Tak hanya itu, Suleyman juga akan menjabat sebagai wakil presiden eksekutif Microsoft AI dan bergabung dengan tim kemimpinan senior perusahaan.

Nantinya, dia akan melapor secara langsung kepada CEO Satya Nadella.

Disebutkan, Mustafa Suleyman ikut menciptakan dan mendirikan laboratorium AI DeepMind pada tahun 2010.

Empat tahun berdiri atau lebih tepatnya pada 2014, perusahaan teknologi AI tersebut resmi diakuisisi oleh Google.

Hingga kini, DeepMind menjadi salah satu perusahaan pionir di teknologi di Google. Namun, dirinya ternyata sudah lama tidak menjadi bagian dari divisi AI Google tersebut.

Dilansir Bloomberg, Suleyman sempat cuti panjang pada 2019 kerena kontroversi seputar beberapa proyek yang dipimpinnya.

The Wall Street Journal melaporkan, Google dan DeepMind membuka penyelidikan terhadap Suleyman atas keluhan dia sering menindas stafnya.

Sempat menjadi wakil presiden manajemen produk dan kebijakan AI di Google, Suleyman resmi meninggalkan rakasa mesin pencari itu pada 2022 dan ikut mendirikan starup Inflection AI.

Windows 11. (Doc: Microsoft)

Microsoft menggulirkan iklan pop-up Bing di Chrome pada Windows 10 dan 11. The Verge melaporkan iklan tersebut memaksa pengguna Chrome untuk menggunakan Bing ketimbang mesin pencari Google.

“Chat dengan GPT-4 gratis di Chrome! Dapatkan ratusan obrolan harian dengan Bing Al”, demikian isi iklan tersebut.

Jika kamu mengklik "Ya", pop-up akan memasang ekstensi Chrome "Bing Search" sambil menjadikan mesin pencari Microsoft itu sebagai default.

Bila kamu memilih “Ya” pada iklan untuk beralih ke Bing, pop-up Chrome akan muncul, meminta kamu mengonfirmasi ingin mengubah mesin pencari default browser.

“Apakah kamu bermaksud mengubah penyedia pencarian kamu? Ekstensi 'Microsoft Bing Search for Chrome' mengubah pencarian menjadi bing.com,'” demikian pesan peringatan dari Chrome, dikutip dari Engadget, Minggu (17/3/2024).

Tepat di bawah peringatan itu, sepertinya untuk mengantisipasi pop-up Chrome, pemberitahuan Windows lainnya memperingatkan, “Tunggu, jangan ubah kembali! Jika ya, kamu akan mematikan Microsoft Bing Search untuk Chrome dan kehilangan akses ke Bing Al dengan GPT-4 dan DALL-E 3. Pilih Simpan untuk tetap menggunakan Microsoft Bing.”

Terkait hal ini Microsoft mengkonfirmasi keaslian pop-up tersebut dalam sebuah pernyataan kepada Windows Latest dan The Verge.

“Ini adalah pemberitahuan satu kali yang memberi orang pilihan untuk menetapkan Bing sebagai mesin pencari default di Chrome,” tulis perwakilan Microsoft.

“Bagi mereka yang memilih untuk menyetel Bing sebagai mesin pencari default di Chrome, saat masuk dengan MSA [akun Microsoft], mereka juga mendapatkan lebih banyak obrolan di Copilot dan riwayat obrolan,” sambungnya. 

Di sisi lain, Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) mengumumkan telah menjalin kerja sama dengan Microsoft Indonesia. Kolaborasi ini dilakukan untuk meningkatkan Sinergi Penguatan Implementasi Teknologi Informasi dan Transformasi Digital di Sektor Pemerintahan.

Menkominfo Budi Arie Setiadi menekankan arti penting kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam mewujudkan transformasi digital nasional. Kolaborasi ini ditandai penandatangan nota kesepahaman antara Kementerian Kominfo dan Microsoft.

"Pemerintah Indonesia meyakini kolaborasi multistakeholders sangatlah dibutuhkan, termasuk melalui kerja sama antara pemerintah dan sektor privat," tutur Menkominfo dalam siaran pers yang diterima, Kamis (14/3/2024).

Budi Arie lebih lanjut menuturkan, model kerja sama pemerintah dan swasta akan memungkinkan kolaborasi keahlian, sumber daya, dan inovasi teknologi terkini dalam mengimplementasikan kebijakan di sektor digital.

"Selain itu, para pelaku industri juga mendapatkan peluang untuk membuka bisnis baru, meningkatkan akses pasar, dan memperluas jangkauan layanan,” tuturnya.

Menkominfo meyakini hubungan timbal balik antara pemerintah dengan pelaku industri dapat mendorong ruang kebijakan digital untuk mengakomodasi laju inovasi, pertumbuhan ekonomi, serta kebermanfaatan bagi semua pihak.

Budi Arie juga mengapresiasi Microsoft Indonesia yang menunjukkan komitmen kolaborasi untuk mendukung transformasi digital, sekaligus mendorong transfer pengetahuan lewat kerja sama yang dilakukan.

Terkait kerja sama ini, Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma berharap bisa memicu inovasi baru. Karenanya, ia mengharapkan kolaborasi ini bisa menciptakan dampak nyata bagi masyarakat.

"Kami harapkan langkah kita hari ini dalam penandatanganan nota kesepahaman bisa men-trigger, bisa memicu inovasi-inovasi yang baru," tuturnya.

Kolaborasi antara Kementerian Kominfo dan Microsoft ini mencakup pengembangan sumber daya manusia bidang digital, penguatan infrastruktur dan digitalisasi pemerintah.

Selain itu, kolaborasi ini juga membahas soal penguatan tata kelola kecerdasan artifisial yang bertanggung jawab, penguatan implementasi dan praktik perlindungan data pribadi, serta bidang lainnya.

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan