Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak dari pengguna internet yang mungkin bergantung pada aplikasi peta digital seperti Google Maps. Namun, tak sedikit pula yang mengalami pengalaman buruk.
Misalnya saja kesasar alias tersesat saat menggunakan aplikasi tersebut.
Sebagai informasi, aplikasi peta mengandalkan dua hal untuk bisa mengetahui lokasi dan peta area tempat pengguna berada. Lokasi yang digunakan berasal dari satelit.
Sementara, peta lokasi hadir bersama aplikasi. Peta akan diperbarui melalui jaringan seluler atau WiFi saat pengguna bergerak.
Keduanya akan memengaruhi cara kerja aplikasi. Termasuk juga menjelaskan kenapa aplikasi peta digital tidak bisa diandalkan di semua tempat.
Ahli geofisika Australian National University, Paul Tregoning, menjelaskan masalah pada peta kemungkinan terjadi karena adanya kesalahan dari salah satu hal tadi. Misalnya, peta yang bermasalah dapat menyebabkan pengguna berbelok ke arah yang salah.
Mengutip ABC, Rabu (4/10/2023), jika kesalahan ini terjadi, maka yang bisa dilakukan adalah mengganti aplikasi dan mencoba platform lain.
Kesalahan yang mungkin juga terjadi adalah aplikasi tidak mendapatkan informasi benar dari satelit. Dengan begitu, tidak bisa mengetahui lokasi pengguna.
Tregoning menjelaskan perlu empat satelit untuk menunjukkan lokasi pengguna. Contohnya, terdapat 10-12 satelit yang berada di tengah Australia.
"Pengecualianya adalah halangan dari tebing perkotaan. Jalanan kota dengan gedung tinggi di kedua sisi, sehingga tidak bisa melihat langit untuk menjangkau satelit yang cukup," jelasnya.
Saat ponsel tidak bisa didukung empat satelit yang ada, maka tidak bisa menunjukkan lokasi terkini dengan akurat.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengunduh peta sebelum bepergian. Karena saat pergi ke daerah tersebut, kemungkinan akan kehilangan sinyal seluler dan menyulitkan untuk mengakses aplikasi peta.
Cara ini juga bisa menghemat penggunaan baterai dan data seluler.