Pejabat AS Tak Satu Suara soal Bantuan untuk Perang Ukraina

Kompas · 11 Des 2023 9.2K Dilihat



WASHINGTON DC, KOMPAS.com
- Sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) tidak satu suara mengenai kelanjutan bantuan dana perang untuk Ukraina melawan invasi Rusia.

Kepala Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih Shalanda Young saat berbicara di program Face the Nation stasiun tv CBS pada Minggu (10/12/2023) menegaskan kembali situasi tersebut, dan memperingatkan keamanan nasional AS juga dapat terpengaruh.

“Apa yang terjadi jika Putin bergerak melewati Ukraina, apa yang terjadi selanjutnya? Negara-negara NATO, putra dan putri kita, berisiko menjadi bagian dari konflik yang lebih besar,” ujarnya, dikutip dari kantor berita AFP.

Namun, Partai Republik tetap skeptis. Senator JD Vance yang merupakan sekutu dekat mantan presiden AS Donald Trump menolak ide bahwa Putin akan membahayakan negara-negara NATO.

Saat diwawancarai CNN pada Minggu, dia menentang pemberian “cek kosong” untuk Ukraina.

"Anda perlu mengartikulasikan apa ambisinya. Apa yang bisa dicapai 61 miliar dollar AS (Rp 946,4 triliun), sedangkan 100 miliar dollar AS (Rp 1,5 kuadriliun) saja belum bisa?" ujar Vance.

“Apa yang menjadi kepentingan terbaik Amerika adalah menerima Ukraina harus menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Rusia dan kita perlu mengakhiri perang.”

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada Rabu (6/12/2023) mendorong anggota-anggota parlemen AS yang bertikai segera memberikan bantuan militer ke Kyiv.

Ia pun memperingatkan, Putin tidak akan berhenti berurusan dengan Ukraina dan mungkin akan bersinggungan dengan NATO.

Politisi Partai Demokrat itu mengaku siap berkompromi dengan Partai Republik yang menolak anggaran bantuan 60 miliar dollar AS ke Ukraina.

Partai Republik hanya mau menyetujuinya jika ada tindakan keras terhadap migran di perbatasan AS-Meksiko.

“Ini tidak bisa ditunda,” kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.

“Sejujurnya, menurut saya sungguh menakjubkan kita sampai di titik ini, di mana Partai Republik di Kongres bersedia memberikan Putin hadiah terbesar yang dapat ia harapkan.”

Perselisihan ini menunjukkan tanda-tanda dukungan Barat terhadap Ukraina menurun ketika serangan balasan Kyiv melemah dan pasukan Moskwa berupaya mencatatkan kemajuan baru.

Serangan Ukraina menggunakan senjata Barat bernilai miliaran dollar AS, tetapi kondisi garis depan hampir tidak berubah selama lebih dari setahun dan serangan Rusia semakin intensif.

Pada awal Desember 2023, Putin menandatangani dekrit untuk meningkatkan pasukan Rusia 15 persen sehingga menambah jumlah tentaranya menjadi 170.000 orang.

Departemen Luar Negeri AS pada Rabu mengumumkan bantuan sementara 175 juta dollar AS (Rp 2,72 triliun) untuk Ukraina yang mencakup roket, peluru, rudal, dan amunisi HIMARS.

Menyarankan

AS Kirim Paket Senjata Terakhir yang Tersedia ke Ukraina

Kompas · 28 Des 2023 3.7K Dilihat

Rangkuman Hari Ke-656 Serangan Rusia ke Ukraina: Biden Undang Zelensky ke Gedung Putih | Safari Zelensky ke Amerika Latin

Kompas · 12 Des 2023 9.2K Dilihat

Dana Perang Ukraina Hampir Habis, Zelensky Mau Temui Biden di AS

CNN Indonesia · 12 Des 2023 7.3K Dilihat

Zelensky Akan Temui Biden di AS, Bahas Dana Perang untuk Ukraina

Kompas · 11 Des 2023 6.4K Dilihat

Rusia Singgung NATO sebagai Syarat Damai di Ukraina, Ditolak Kyiv

CNN Indonesia - Ekonomi · 28 Nov 2023 7.9K Dilihat

Rangkuman Hari Ke-635 Serangan Rusia ke Ukraina: Kyiv Pecat Pejabat Lagi | Mokswa Bantah Kirim Migran

Kompas · 21 Nov 2023 11.9K Dilihat

AS Berlakukan Sanksi Baru terhadap Rusia

voaindonesia · 03 Nov 2023 11.7K Dilihat

Zelensky di Sidang Umum PBB: Perang Rusia Tak Hanya Soal Ukraina!

Detik · 20 Sep 2023 9.4K Dilihat

6 Hari di Rusia, Kim Jong Un Dioleh-olehi Drone hingga Rompi Antipeluru

Detik · 18 Sep 2023 8.7K Dilihat