10 Negara Pengguna Pay Later Terbanyak di Dunia, Indonesia Salah Satunya?

Finansialku ยท 10 Okt 2023 132.8K Dilihat


Negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia
 semakin berkembang seiring dengan meningkatnya tren ini.

Lantas, apakah Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia? Simak informasinya dalam ulasan berikut ini!

Daftar Negara Pengguna Pay Later Terbanyak di Dunia

Industri pay later masih menjadi metode pembayaran digital dengan pengguna yang terus tumbuh dalam beberapa waktu terakhir.

Melansir dari laman Exploding Topics, diperkirakan terdapat 360 juta orang di seluruh dunia yang menggunakan layanan pay later per tahun 2022. Angka tersebut pun diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Secara global, skema pay later atau Buy Now, Pay Later (BNPL) menyumbang sebesar 0,4% dari pembayaran e-commerce pada tahun 2016. Namun, pada tahun 2019 meningkat hingga empat kali lipat menjadi 1,6% dan pada tahun 2020 mencapai 2,1%.

Lantas, mana saja negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia? Berikut daftarnya!

#1 Swedia

Menurut Worldpay, Payments Cards & Mobile, dan Seon.ioSwedia menduduki peringkat teratas dunia sebagai pengguna layanan pay later.

Pada tahun 2021, sebanyak 25% dari pembayaran e-commerce di Swedia menggunakan layanan pay later. Angka tersebut naik 2% dari tahun 2020 dan tidak mengalami perubahan dari tahun 2019. Hal ini membuat Swedia menjadi negara dengan pengguna pay later atau sistem Buy Now, Pay Later terbanyak di dunia.

#2 Jerman

Jerman menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia. Persentase pengguna pay later dari seluruh pembayaran e-commerce di Jerman pada tahun 2019 adalah sebesar 18%.

Angka tersebut kemudian meningkat pada tahun 2020, yaitu sebesar 19%, dan 20% pada tahun 2021.

#3 Norwegia

Di urutan ke-3 ada Norwegia dengan persentase sebesar 18% dari seluruh pembayaran e-commerce pada tahun 2021. Angka tersebut naik 3% dari tahun sebelumnya, yakni 15% pada tahun 2020. Sementara pada tahun 2019, Norwegia mencatat sebesar 13% dari pembayaran e-commerce.

#4 Finlandia

Finlandia juga termasuk ke dalam peringkat 10 besar negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia. Melansir dari Seon.io, popularitas metode pembayaran pay later di Finlandia mulai meningkat sejak tahun 2019 hingga 2021.

Pada tahun 2019, Finlandia menyumbang 8% dari seluruh pembayaran e-commerce, kemudian naik menjadi 12% pada tahun 2020, dan 13% pada tahun 2021.

#5 Belanda

Selanjutnya, ada negara Belanda yang mengalami peningkatan minat terhadap pay later sejak tahun 2016 hingga 2021. Pengguna pay later di Belanda tumbuh dari hanya 6% pada tahun 2016, menjadi 12% pada tahun 2021.

#6 Denmark

Sama halnya dengan Belanda, pengguna pay later di Denmark juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, Denmark menyumbang sebesar 5% dari seluruh pembayaran e-commerce.

Angka tersebut tumbuh menjadi 7% pada tahun 2019, 8% pada tahun 2020, dan 12% pada tahun 2021.

#7 Australia

Australia menjadi salah satu dari dua negara non-eropa yang termasuk dalam 10 besar negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 8% dari seluruh pembayaran e-commerce yang menggunakan pay later.

Kemudian, angka tersebut naik menjadi 10% pada tahun 2020, dan 11% pada tahun 2021.

#8 Selandia Baru

Selain Australia, negara non-eropa yang termasuk dalam 10 besar negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia adalah Selandia Baru.

Pada tahun 2020 dan 2021, Selandia Baru telah menyumbang masing-masing 10% dari seluruh pembayaran e-commerce.

#9 Belgia

Berikutnya, ada negara Belgia yang juga memiliki minat kuat terhadap metode pembayaran pay later. Hal ini terbukti dari persentase penggunaan pay later dari seluruh pembayaran e-commerce di Belgia yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data terbaru dari Seon.io, popularitas pay later meningkat dari hanya 5% pada tahun 2016, menjadi 9% pada tahun 2021.

#10 Inggris

Inggris berada di peringkat ke-10 sebagai negara dengan pengguna pay later terbanyak di dunia. Melansir dari Seon.io, pengguna pay later di Inggris mulai meningkat dari tahun 2016 hingga 2021, yaitu tumbuh dari 1% menjadi 6%.

Faktor yang Memengaruhi Popularitas Pay Later

Kalau Sobat Finansialku baru saja membayar sesuatu secara online, kemungkinan besar Anda akan melihat opsi baru yang muncul di halaman pembayaran.

Opsi pembayaran tersebut adalah metode Beli Sekarang, Bayar Nanti (Buy Now, Pay Later) atau yang kita kenal dengan istilah pay later.

Popularitas dan minat pengguna terhadap metode pembayaran pay later ini memang sedang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan survei Kredivo dan Katadata, metode pembayaran pay later menduduki peringkat ketiga di e-commerce setelah e-wallet dan transfer bank per Maret 2022.

Namun, metode pembayaran ini tentu memiliki dampak negatif, yakni berpotensi menyebabkan kebiasaan belanja yang tidak sehat.

Lalu, mengapa ada begitu banyak orang yang memanfaatkan metode pembayaran pay later?

Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi popularitas pay later di dunia, khususnya di Indonesia.

#1 Kemudahan dalam Membeli Barang

Skema pay later yang memungkinkan pembelian barang dengan metode pembayaran berupa cicilan tanpa kartu kredit, ini tentu saja akan menarik minat konsumen.

Melansir dari Seon.io, alasan paling umum yang membuat masyarakat di Amerika Serikat menggunakan pay later adalah untuk membeli barang yang tidak sesuai dengan anggaran.

Padahal, Sobat Finansialku bisa menyiasati hal ini jika sudah merencanakan anggaran bulanan dengan matang. Sebagai referensi dalam menyusun anggaran, ikuti panduan ebook Cara Membuat Anggaran Dengan Tepat. 

#2 Kesenjangan Akses Kredit

Selain itu, kesenjangan akses kredit di Indonesia yang masih tinggi, versus percepatan adopsi digital juga memengaruhi popularitas pay later di Indonesia.

Menurut data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit di Indonesia mencapai 16,5 juta pada September 2021. Angka ini mengalami penurunan 6% dari jumlah tertinggi 17,5 juta di bulan Februari 2019.

Secara keseluruhan, penetrasi kartu kredit di Indonesia hanya mencapai 6% dari total populasinya. Hal ini tentu membuka peluang komersial tinggi bagi industri digital payment termasuk pay later.

Terlebih lagi percepatan adopsi digital yang terus meningkat signifikan sejak pandemi membuat banyak masyarakat tertarik menggunakan pay later.

Saat ini, kartu kredit justru merupakan metode pembayaran dengan peminat yang paling sedikit saat bertransaksi di e-commerce, yaitu kurang dari 5%.

#3 Pengalaman Seamless bagi Konsumen

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi popularitas pay later adalah kemampuan teknologi pay later yang memungkinkan konsumen mendapat persetujuan secara instan.

Dengan kemudahan tersebut, konsumen tentu akan merasa lebih nyaman dan berpotensi meningkatkan jumlah transaksi online.

Pengaruh Pay Later Terhadap Perilaku Konsumen

Di tengah segudang kemudahan pay later, sistem pembayaran ini seperti pedang bermata dua, yang dapat menjadi solusi sekaligus risiko buruk terhadap keuangan.

Sistem pembayaran pay later dapat menjadi solusi ekonomi bagi masyarakat yang urgent untuk membeli suatu barang di luar kemampuan keuangan mereka.

Di sisi lain, pay later memiliki dampak negatif untuk mendorong budaya mengutang dan mengesampingkan perencanaan keuangan.

Selain itu, sistem pembayaran menggunakan pay later juga mendorong masyarakat terjerumus dalam perilaku konsumtif dan impulsive buying.

Hanya dengan sentuhan layar smartphone, kita dapat membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Tak hanya itu, kita juga dapat memesan makanan, memesan tiket pesawat, hotel, dan berlibur meskipun sedang dalam kondisi keuangan yang buruk.

Padahal untuk menyiasati hal seperti ini, Sobat Finansialku bisa memanfaatkan keuntungan investasi untuk self reward atau sekadar happy-happy. Sehingga tidak lagi mengandalkan pay later.




Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan

Fakta Baru Orang Kaya, Bukan karena Wirausaha Tapi...

CNBC Indonesia ยท 01 Des 2023 18.6K Dilihat

Meningkatkan Nilai Bisnis Anda: Memahami Intangible Asset

Jordan Junior ยท 25 Okt 2023 13.4K Dilihat

Laba Ditahan: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Cara Menghitungnya

Kompas ยท 23 Okt 2023 5.7K Dilihat

Apa Itu Self-Awareness, Bisa Bikin Hidup Lebih Sukses

Liputan6 ยท 23 Okt 2023 2.7K Dilihat

4 Cara Melacak Uang Salah Transfer yang Cepat, Lapor ke Bank

IDN Times ยท 16 Okt 2023 5.3K Dilihat

Miliuner Ini Pakai Jam Tangan Rp 150 Ribu saat Hartanya Ratusan Triliun, Kenapa?

Detik ยท 16 Okt 2023 5.1K Dilihat

Heboh Fenomena 'Girl Math', Benaran Hemat atau Sesat Pikir?

Detik ยท 16 Okt 2023 4.8K Dilihat

5 Hal yang Harus Diperhatikan sebelum Pinjam Uang di Pinjol

IDN Times ยท 04 Okt 2023 3.2K Dilihat

Cara Menghitung Bunga Kartu Kredit dan Tanggal Penting Wajib Tahu

Bisnis ยท 03 Okt 2023 3.5K Dilihat