Howard Schultz, Miliuner Yahudi Di Balik Kejayaan Starbucks

CNBC Indonesia · 08 Nov 2023 8.4K Dilihat



Jakarta, CNBC Indonesia -
Waralaba kopi Starbucks langsung jadi pusat amarah imbas memanasnya pendudukan Israel atas Palestina. Tak sedikit aksi seruan boikot dari brand kopi terbesar di dunia ini yang seringkali disebut mendukung Israel.

Terlepas dari kisruh yang terjadi, Starbucks mendulang kesuksesan berkat seorang miliuner Yahudi Howard Schultz. Berawal dari 11 gerai, berkat Schultz lah Starbucks bisa memiliki 33 ribu gerai yang tersebar di banyak negara.

Di 2018, Schultz ini mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO. Namun di tahun 2022 dia kembali menjadi CEO interim karena dirinya hendak menunjuk orang baru untuk memimpin perusahaan ini.

Schultz dianggap sebagai salah satu inspiratif lantaran kisah hidupnya. Pria ini lahir dari keluarga yang hidup sulit. Penasaran dengan kisah hidup Schultz? Berikut ulasannya.

Hidup miskin di Brooklyn

Schultz lahir di Brooklyn, New York, 1953 dari keluarga keturunan Yahudi Ashkenazi. Ayahnya, Fred Schultz, adalah mantan angkatan bersenjata yang akhirnya bekerja sebagai sopir. Namun sayang sekali, Fred Schultz kehilangan pekerjaannya usai dirinya terkena musibah kecelakaan.

Saat kecelakaan itu terjadi, Fred sama sekali tak punya asuransi kesehatan dan tidak mampu membayar biaya pengobatan.

Peristiwa itulah yang akhirnya membuat perekonomian Keluarga Schultz memburuk. Di usianya yang ke-12, Howard Schultz sudah bekerja untuk membantu orangtuanya.

Pekerjaan yang dilakoninya antara lain adalah loper koran dan menjadi pelayan kafe. Dan saat Schultz berusia 16 tahun, dia bekerja sebagai penjaga toko.

Berprestasi di bidang olahraga

Salah satu bakat yang dimiliki Schultz ada di bidang olahraga. Schultz memiliki fisik yang kuat, dan hal itulah yang membuatnya berhasil menuai prestasi.

Lewat prestasinya Schultz berhasil mendapat beasiswa kuliah dan masuk ke Northern Michigan University jurusan komunikasi.

Setelah lulus kuliah di tahun 1975, Schultz bekerja di Xerox selama tiga tahun sebagai sales manager. Kariernya pun bisa dikatakan mulus, namun pada akhirnya dia pun resign dan pindah perusahaan Swedia, Hammaplast. Di perusahaan itulah akhirnya dia bertemu dengan gerai kopi Starbucks.

Jadi karyawan Starbucks

Saat Schultz menyambangi Starbucks, Starbucks hanyalah sebuah kedai kopi kecil yang didirikan oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker. Namun, Schultz yang saat itu berusia 29 tahun melihat adanya mutiara terpendam di Starbucks. Itulah yang membuatnya tertarik untuk bekerja di sana.

Keinginan Schultz bekerja di Starbucks akhirnya terwujud, Schultz ditempatkan di divisi marketing.

Sekedar informasi saja bahwa saat bekerja di Starbucks, Schultz menerima gaji yang jauh lebih rendah ketimbang saat bekerja di Hammaplast. Dan yang paling mengejutkan, jumlah gaji Schutlz di Starbucks tidak sampai setengah gajinya di Hammaplast! Belum lagi, dia harus pindah ke Seattle.

Setelah setahun bekerja di Starbucks, Schultz dikirim ke Italia untuk menimba ilmu tentang industri kopi. Disitulah akhirnya dia mendapat inspirasi baru untuk pengembangan bisnis Starbucks.

Menurutnya, selain membuat kopi, Starbucks juga harus mendesain cafe yang nyaman bagi para pengunjung. Mengapa demikian? Karena di Italia, banyak orang yang menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menikmati kopi.

Sayangnya, ide itu ditolak karena dianggap bisa merugikan Starbucks. Para petinggi Starbucks saat itu punya pemikiran yang sangat konservatif.

Schultz pun memutuskan untuk keluar dari Starbucks dan mendirikan kedai kopinya sendiri di Seattle dengan modal US$ 1,7 juta.

Il Giornale

Nama dari Bahasa Italia ini digunakan oleh Schultz untuk nama kedai kopi barunya. Il Giornale pun berhasil mencetak kesuksesan.

Dalam mendirikan Il Giornale, Schultz juga harus berjuang mati-matian, terutama dalam mencari pinjaman dana. Schultz blak-blakan mengatakan, dia sudah meminta bantuan kepada 242 orang, dan sebanyak 217 orang di antaranya menolaknya mentah-mentah.

Kembali ke Starbucks

Selama dua tahun berkecimpung di Il Giornale, Schultz mendengar kabar bahwa pemilik Starbucks berniat menjual gerainya, peralatan pembuat kopi, serta nama brand Starbucks itu sendiri. Mereka menawarkan harga jual sebesar USD 4 juta.

Schultz pun langsung melobi segenap pihak untuk meminjam dana. Cukup menarik untuk diketahui bahwa Bill Gates ternyata jadi investor pertama di Starbucks.

Usai mendapat modal yang cukup, Schultz pun kembali ke Starbucks namun tidak sebagai karyawan, melainkan sebagai pemilik baru.

Lahirnya Starbucks masa kini

Di bawah kepemimpinan Schultz, Starbucks pun menjadi jaya. Pada 1992, Starbucks telah memiliki 165 gerai yang disertai total pendapatan bersih sebesar US$ 93 juta. Mereka pun melakukan IPO.

Dan pada tahun 2000, Starbucks resmi hadir di sejumlah negara go internasional. Lewat kedai kopi inilah yang akhirnya membuat Schultz kaya raya.

 

Instrumen Perdagangan yang Terpengaruh

* Penafian Risiko: Konten di atas hanya mewakili pandangan penulis. Ini tidak mewakili pandangan atau posisi DCFX dan tidak berarti bahwa DCFX setuju dengan pernyataan atau deskripsinya, juga bukan merupakan saran investasi. Untuk semua tindakan yang diambil oleh pengunjung berdasarkan informasi yang diberikan oleh DCFX, DCFX tidak menanggung segala bentuk kewajiban kecuali jika secara tegas dijanjikan secara tertulis.

Menyarankan

Laporan Pendapatan Q1: MA, EBAY, SBUX, QCOM & INTEL

Ocky Satria · 02 Mei 5.6K Dilihat

Starbucks Timur Tengah PHK 2.000 Karyawan Imbas Aksi Boikot Anti Israel

Bisnis · 06 Mar 8.9K Dilihat

Starbucks Timur Tengah PHK 2.000 Lebih Karyawan Imbas Boikot Israel

CNN Indonesia - Ekonomi · 06 Mar 4.5K Dilihat

DCFX Picks: Dampak Aksi Boikot hingga Laporan Q4 Citigroup

DCFX · 15 Jan 315.3K Dilihat

Starbucks Rugi $11 M, Bukan Karena Aksi Boikot?

Ocky Satria · 19 Des 2023 12.2K Dilihat

Ramai Seruan Boikot ZARA & Starbucks, Siapa Bohirnya di RI?

CNBC Indonesia · 11 Des 2023 8.4K Dilihat

Serikat Pekerja Serukan Aksi Mogok Kerja di Ratusan Gerai Starbucks AS

Kompas · 14 Nov 2023 7.5K Dilihat

Starbucks Mulai Khawatir, Barista Sebut 30% Pelanggan Kabur

CNBC Indonesia · 13 Nov 2023 7.7K Dilihat

Pilihan Saham AS: SBUX Bullish Setelah Menaikkan Gaji dan Tunjangan Baru

Paolo Liszman · 07 Nov 2023 7.5K Dilihat

Wall Street Lanjutkan Penguatan

Pasar Dana · 03 Nov 2023 6K Dilihat

Cek Kondisi Saham Mcd dan Starbucks Usai Diboikot Efek Konflik Israel-Palestina

Ocky Satria · 31 Okt 2023 9.6K Dilihat

Pilihan Saham AS: Starbucks Bullish Ditengah Aksi Mogok Para Pekerja di Berkeley

Paolo Liszman · 17 Okt 2023 11.3K Dilihat

Ikuti Jejak McDonald's dan Starbucks, Domino's Pizza Cabut dari Rusia

Detik · 22 Ags 2023 8.7K Dilihat